Dibalik Perebutan Dirut TVRI yang Baru

Jakarta,b-Oneindonesia – Apa sebenarnya latar belakang pergantian Dirut TVRI yang viral 3 minggu ini. Ini pertanyaan yang menggelitik, apa motif dibalik semua ini?

Dewan Pengawas yang beranggotakan 5 orang telah menjatuhkan keputusan memberhentikan Helmy Yahya dari posisinya sebagai Direktur. Alasannya Helmy Yahya telah menyalah-gunakan anggaran, yaitu membeli program Liga Inggris yang tidak disetujui Dewas, akibatnya honor karyawan tidak terbayarkan dan baru bisa dibayarkan dalam waktu berbulan-bulan.

Keresahan yang muncul karena protes karyawan ke Dewas ini membuat Dewas mengambil sikap keras. Konon ini merupakan peristiwa yang kedua. Sebelumnya hal yang sama sudah terjadi tahun lalu. Surat peringatan sudah dilayangkan, tapi tidak diindahkan. Akhirnya Dewas pun memberhentikan Helmy Yahya pada Januari 2020.

Pada 3 Februari Dewas membuka lowongan mencari Direktur Utama TVRI yang baru. Hanya diberikan waktu 9 hari untuk mendaftar. Selama 9 hari itu terjaringlah 30 calon Dirut TVRI. Dari 30 orang tersebut ada beberapa nama yang sudah cukup populer, antara lain Ir. Suryopratomo, mantan wartawan Kompas, mantan Direktur Pemberitaan Metro TV, sekarang masih di grup Metro TV, ada pula Iman Brotoseno sutradara, CharleS Bonar Sirait presenter, Gusti Randa artis Sinetron, Buyung Wijaya Kusuma mantan pejabat di Kompas TV, dan Dr. Audrey G. Tangkudung praktisi media televisi, pendiri TV Daerah, TV Kabel Daerah, Ketua Asosiasi TV Digital dan kini adalah Ketua Umum Iluni Pascasarjana UI.

Apa sebenarnya tujuan para calon Dirut tersebut, hampir semua punya jawaban yang hampir sama, yakni membesarkan TVRI, atau ingin memajukan TVRI sehingga bisa bersaing dalam era digital.

Tentu sangat menarik menganalisis mengapa terjadi pergantian Dirut TVRI saat ini. Ada beberapa kicauan di media sosial yang menuduh bahwa Helmy Yahya dicopot karena Metro ingin masuk ke TVRI, ada pula yang mengatakan MNC Grup ingin masuk ke TVRI, dan lain-lain. Namun sejauh ini kicauan itu hanyalah kicauan yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Apakah betul itu? Belum jelas. Orang-orang menghubungkan antara Dewas dan Calon-calon Dirut yang melamar.

Masuknya nama Suryopratomo seolah-olah membenarkan rumor-rumor yang beredar. Orang pun menghubungkan antara Suryopratomo calon Dirut, Arief Ketua Dewas, dan Menkominfo Johny Plate,sebab jejak digital mereka pernah berada dalam satu grup. Arief pernah menjadi pejabat di Metro TV walaupun sebelum menjadi Dewas Arief sudah bergabung dengan Grup MNC.

Ada pertanyaan lain muncul, mengapa Suryopratomo yang saat ini di Grup Metro TV memiliki pendapatan di atas ratusan juta, kok mau pindah ke TVRI yang pendapatannya hanya sekitar 50-an juta?

Pertanyaan menarik.Lalu siapa calon Dirut yang didukung oleh MNC Group? Belum tahu persis yang mana, apakah Charles Bonar Sirait atau Gusti Randa atau Iman Brotoseno? Tidak ada yang tahu. Namun demikian MNC pasti punya calon lain yang masih disimpan dan disembunyikan.

Siapa yang menjadi kuda hitam? Apakah Dr. Audrey G. Tangkudung? Dia Ketum Iluni UI Sekolah Pascasrjana calon yang tidak diunggulkan, namun pengalaman di dunia pertelevisian sudah cukup memadai. Dia pernah jadi Wartawan Gatra mewawancarai Liem Swie Liong bos Indofood, Mochtar Riady dan James Riady grup Lippo, dan juga Bos Artha Graha Tomy Winata dalam tampilan sampul majalah Gatra. Kini dia berkiprah di Kampus UI menyelenggarakan Kuliah-kuliah umum kebangsaan.

Mengapa TVRI begitu penting saat ini? TVRI selain pemegang hak TV Digital seluruh Indonesia, TVRI juga memiliki stasiun transmisi terbesar di sekitar 100 kota di Indonesia. Bandingkan dengan Metro TV sekitar 50 kota dan MNC grup sekitar 60 kota. Itulah sebabnya Dirut TVRI menjadi sangat penting dalam persaingan TV Swasta ke depan.

Banyak pengamat yakin bahwa, perebutan Dirut TVRI ini sangat terkait dengan fakta ini. Membangun 100 transmisi di 100 kota bukan hal yang mudah. Adalah lebih baik jika berkolaborasi saja. Di atas permukaan hanya terlihat Metro TV dan MNC Group, tapi jangan dikesampingkan Grup Trans TV, dan Grup Indosiar yang juga pasti tidak mau ketinggalan.

Pada akhirnya tujuan perebutan Dirut TVRI, bukan hanya karena penguasaan fasilitas stasiun TVRI di 100 kota, penguasaan ijin Siaran Digital, tetapi juga persiapan menuju Pemilu 2024 yang sudah tidak lama lagi.

Apakah kompetisi Nasdem dan PDIP masih berlanjut? Apakah Nasdem dan PDIP akan satu suara memilih Dirut TVRI? Atau PDIP punya calon sendiri? Ini semuanya masih menjadi tanda-tanya namun sepertinya PDIP tidak akan melepaskan Dirut TVRI ini.

Sebagai Wartawan, saya hanya berdo’a semoga Dirut yang terpilih adalah orang yang benar-benar memperjuangkan TVRI dan korps, memperjuangkan bangsa dan negara, bukan kepetingan pribadinya, bukan kepentingan grup nya, atau kelompoknya.

Dewas akan memilih siapa calon Dirut, semoga Dewas benar-benar adil dan bijaksana, lebih melihat kepentingan bangsa dan negara. Semoga. Dan yang penting Dewas tidak meninggalkan karyawan TVRI yang sedang bingung dipersimpangan jalan.

Jakarta15 Februari 2020, John F S
Koordinator WAG Jurnalis Indonesia

Komentar