Sikap Kritis upaya Lawan Hoax di Masa Pandemi Covid 19

Jakarta b-oneindonesia -Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa banyaknya masalah yang terjadi selama pandemi Covid 19 seperti ancaman kesehatan di masa pandemi, hantaman serius terhadap ekonomi serta kejahatan digital dan infodemic menuntut pemerintah sangat berhati-hati dalam menyelesaikan situasi sekarang ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Henri Subiakto selaku staf ahli Kemkominfo pada webinar yang yang bertajuk “Cerdas Bermedsos, Lawan Hoax di Masa Pandemi Covid 19” Jumat (23/10).

“Tidak ada satu negara pun di dunia yang berpengalaman mengatasi pandema secara baik ataupun sempurna. Semua negara di Dunia dan organisasi kesehatan seperti WHO tetap mengambil kebijakan yang berubah-ubah didasarkan pada learning by doing”, kata Henri.

Selama pandemi, banyak informasi yang salah/hoax cukup banyak beredar. Menurut Henry, penyebaran berita palsu seputar corona tidak kalah berbahaya karena membuat publik bingung, cemas tidak percaya petugas dan para ahli.

“Telah terjadi The Death of Expertise dalam bidang kesehatan bahwa pernyataan dokter dan ahli tidak dipercaya. Di luar Covid 19 ada penyebaran berita-berita Hoax seputar corona yang sangat membingungkan masyarakat, ada juga menganggap remeh Covid 19”, kata Henry.

Lebih lanjut Henri Subiakto menuturkan bahwa berita atau informasi palsu memupuk mitos yang tidak jelas hingga merugikan dan menghambat penatalaksaaan pandemi. Menurutnya bahwa orang percaya hoax karena kecenderungan membaca dan menimpulkan secara cepat dan kurang kritis terhadap informasi.

“Masyarakat mudah percaya terhadap informasi yang berulang-ulang atau sama, kurang evaluasi terhadap kredibilitas berita’, lanjut Henry.

Dalam upaya mengantisipasi penyebaran hoax, Prof Henri menyampaikan bahwa pentingnya literasi digital, sosialisasi resiko aktivitas online. Perlunya digital literacy sebagai upaya pengecekan fakta dan pemahaman tentang munculnya kejahatan siber

Dalam kesempatan yang sama, Charles Honoris selaku Anggota DPR dari Komisi I menyampaikan bawah banyaknya informasi yang beredar di Internet harus dibaca secara cermat.

“ Kita harus pintar memilih dan memilah berita. Pengunaan internet yang cukup tinggi selama pandemi, tentu arus informasi yang beredar juga cukup tinggi. Banyak juga informasi yang datang tidak valid/hoax. Kita harus cerdas mengindentifikasi sumber dari setiap informasi yang kita terima”, kata Charles.

Charles menuturkan bahwa Peran dari Komisi I DPR RI untuk selalu mendorong Kemkominfo dalam memitigasi serangan siber. Dalam rapat bersama kominfo menyarankan agar bisa memitigasi informasi negatif.

“DPR RI mendukung program Kementerian Kominfo yang meliputi penetapan regulasi yang tepat tentang teknologi informasi dan komunikasi, selain atas dukungan pembangunan infrastruktur dan sistem’, kata Charles.

Charles juga menyampaikan bahwa sosialisasi Literasi Digital harus di tingkatkan terutama kemampuan menggunakan internet dengan kritis penuh dengan kesadaran sosial sebelum menyebarkannya.

Komedian Yudhit Ciphardian dalam sesi webinar kali ini juga mengajak para pelaku seni untuk mengambil peran melawan hoax di sosial media. Secara spesifik ia menyampaikan cara mengindentifikasi berita palsu yang beredar.

“Melihat hoax dari cara mengemas beritanya. To good to be true, informasi yang cenderung dilebih-lebihkan. Sebaliknya juga ada istilah to bad to be true misalnya ada informasi yang menyatakan masker mengandung karbondioksida yang beracun bagi tubuh. Saya pastikan itu 99 persen hoax’, kata Yudhit.

Untuk mengatasi hoax, Yudhit menyarankan agar setiap orang yang menyadari telah menerima berita palsu sebaiknya berita tersebut tidak disebarkan lagi melalui gadget mereka.

Komentar