Survei SMRC, Popularitas Puan Maharani Tertinggi di PDI-Perjuangan

Jakarta, b-Oneindonesia – Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) seputar siapa yang pantas meneruskan estafet kepemimpinan nasional Presiden Joko Widodo sungguh mengejutkan, menggelisahkan, dan menggembirakan. Dibilang mengejutkan karena di luar dugaan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Puan Maharani, yang nyaris tidak pernah bermain ‘drama’ di depan media mampu merangsek sebagai tokoh nasional terpopuler dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Survei SMCR juga bisa dibilang menggelisahkan karena mampu bikin deg-degan lawan-lawan politik Puan yang entah dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi telah melakukan ‘gerakan bargaining politic’ kepada PDI-Perjuangan. Mereka menabur banyak ketakutan dengan mengklaim PDI-Perjuangan bakal mengambil langkah bunuh diri apabila nekat mengusung Puan sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2024.

Sementara itu, survei SMR bisa dibilang menggembirakan karena ibarat setetes air yang menghapus dahaga para pendukung Puan yang selama ini diam-diam bergerilya mencari dan menyebar dukungan politik bagi putri Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tersebut.

Seperti diketahui, SMRC merilis survei terbaru seputar tingkat popularitas tujuh kandidat Calon Presiden 2024 pada 1 April 2021. Survei yang dilakukan sejak 28 Februari-8 Maret 2021 itu menangkap tingkat popularitas Puan Maharani di mata publik mencapai 61 persen. Bahkan, popularitas Puan lebih unggul dari sejawatnya di PDI-Perjuangan, Ganjar Pranowo (54 persen).

Dalam survei itu, Puan membayang-bayangi dengan ketat popularitas dua tokoh yang hampir setiap hari wara-wiri di depan media, Ridwan Kamil (62 persen) dan Agus Harimurti Yudhoyono (66 persen). Meski begitu, sementara ini, Puan masih harus berlegawa hati melihat tingkat popularitas calon rival-nya, Prabowo Subianto (96 persen), yang tidak lain merupakan Ketua Umum Partai Gerindra.

Di Tanah Air, berhubung publik cenderung memilih calon yang dikenal, popularitas harus diakui menjadi modal penting bagi orang yang ingin bertarung dalam suatu kontestasi pemilihan langsung. Sebagus apa pun kualitas calon, apabila tidak dikenal publik, kemungkinan besar sangat sulit memenangkan sebuah pemilihan.

Nah, dari survei terbaru SMRC, publik menjadi mengetahui sejauh mana tingkat popularitas Puan Maharani. Puan yang memiliki tingkat ke-dikenal-an publik sebesar 61 persen sebenarnya sudah berada di level cukup populer. Dengan asumsi definisi cukup populer berada pada skor 50-74 persen.

Apabila Puan bisa meningkatkan skor popularitas sampai 75 persen ke atas, Puan akan naik level ke dalam jajaran tokoh nasional sangat populer bersanding dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga S. Uno. SMRC mengungkap popularitas Anies sejauh ini sebesar 81 persen dan Sandiaga Uno sebesar 83 persen.

Tapi, yang menjadi problem, tingkat popularitas ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat elektabilitas seorang kandidat. Dalam sebuah survei, ada empat kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, popularitas dan elektabilitas kandidat sama-sama rendah; kedua, popularitas kandidat tinggi tapi elektabilitas rendah; ketiga, popularitas kandidat rendah tapi elektabilitas tinggi; dan keempat, popularitas dan elektabilitas kandidat sama-sama tinggi.

Dalam survei tersebut, elektabilitas Puan memang belum tinggi. Ini sebuah hal yang wajar karena memang Puan sejauh ini tidak pernah melakukan langkah-langkah marketing politik yang membuka peluang dirinya sebagai Capres di Pilpres 2024.

Artinya, jika sudah masuk pada wilayah opini publik dan diposisikan sebagai kandidat Capres, elektabilitas Puan punya potensi kuat untuk terus naik. Elektabilitas PDI-Perjuangan yang dalam survei mencapai 24 persen dan selalu tertinggi bisa menjadi variabel positif bagi Puan. Apalagi, jika melihat dalam survei, loyalitas pemilih PDI-Perjuangan paling tinggi. Mereka akan satu tarikan nafas dengan pilihan Capres yang dicalonkan PDI-Perjuangan.

Mendongkrak elektabilitas memang menjadi pekerjaan yang mendesak bagi Puan. Tapi, Puan tidak perlu sampai melakukan mobilisasi besar-besaran di depan publik. Cukup dengan terus melakukan kinerja politik produktif dan terukur di Gedung Parlemen.

Selain itu, Mantan Menko PMK itu bersama para pendukung setia terus bahu membahu meningkatkan citra diri Puan sebagai tokoh nasional yang memiliki kemampuan dan kompetensi meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Jokowi. Pilih, kemas, dan sosialisasikan dengan tepat isu publik yang melekat pada figur seorang Puan. Buktikan kepada publik bahwa Puan merupakan tokoh nasional yang peduli dan mampu mengatasi masalah utama yang dihadapi publik.

Beberapa waktu lalu, DPR resmi memasukkan 33 Rancangan Undang-Undang dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) prioritas 2021. Ini sebenarnya momentum bagi Puan meraih simpati publik dengan menjadikan Prolegnas sebagai pintu masuk.

Apalagi, dalam Prolegnas, ada RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang menjadi prioritas disahkan tahun ini menjadi Undang-Undang. Puan perlu mengawal pengesahan UU PKS jangan sampai kembali tertunda.

Puan biar bagaimana pun perlu menunjukkan kepedulian terhadap kaum perempuan dengan mendukung pengesahan UU PKS. RUU PKS sendiri sudah diusulkan Komisi Nasional HAM Perempuan sejak 2016.

Banyak kalangan menilai UU PKS sebenarnya mendesak disahkan karena memberi perlindungan kepada perempuan dan anak dari kejahatan kekerasan seksual. Puan pernah mengungkap kasus kekerasan seksual di Tanah Air cenderung meningkat selama 12 tahun terakhir. Tiga perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual. (Rahmat Sahid)

Komentar