Deklarasi Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN) Membangun Jangkar Kaum Nasionalis

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Bhinneka Nasionalis (DPP GBN) Erros Djarot dalam acara deklarasi sekaligus perkenalan pengurus DPP GBN Pusat, Minggu (29/5/2022).

Jakarta, b-Oneindonesia –  Hari ini, bertepatan dengan tgl 29 Mei 2022 Ormas Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN) di deklarasikan oleh penggagas utamanya Bung Erros Djarot sebagai Ketua Umum dan Bung Dhea Prakesa Yudha sebagai Sekretaris Jendral. Dua sosok senior ini, tentu tidak diragukan lagi komitmen kebangsaannya.

Sungguh ini menurut penulis sebuah kabar gembira, ditengah keluhan berbagai kalangan tentang polarisasi yang terjadi di basis masyarakat pasca pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang kemudian makin mengeras polarisasi terjadi saat kontestasi Pilpres tahun 2019 lalu.

Entah mengapa PILPRES 2019, menjadikan banyak orang Cerdas dan Aktivis yang Militan, telah menafikkan Rasionalitasnya sendiri, dengan mencoba mengingkari realitas untuk sekedar disamakan dengan ekspektasinya, kendati mungkin dia tahu bahwa itu semu adanya.

Karena itu, pemilihan deklarasi GBN tanggal 29 Mei, mengingatkan saya pada sejarah 77 tahun lalu, yaitu 29 Mei 1945, Ketika panitia BPUPK memutuskan bahwa sidang pertama BPUPK, akan dilangsungkan dari tgl 29 Mei s/d 1 Juni 1945, dimana agenda terpenting dalam sidang pertama itu adalah mencari jawaban atas pertanyaan Ketua Panitia dr.Radjiman Wediodiningrat, “Negara Indonesia merdeka yang akan kita bentuk itu, apa dasarnya?”

Sekarang ini GBN mendeklarasikan pendiriannya tentunya juga sebagai sebuah upaya membangun sebuah rumah besar gerakan untuk dapat dijadikan jangkarnya kaum Nasionalis.

Disaat banyak para pemikir dan para tokoh mengeluh tentang potret situasi dan kondisi sosial politik yang terjadi, upaya konkrit mendirikan Ormas GBN ini pantas untuk diberikan apresiasi yang tinggi, karena seperti kata pepatah “Lebih baik menyalakan Lilin, daripada mengutuk kegelapan”.

Jangkarnya Kaum Nasionalis

Tugas besar kaum Nasionalis itu adalah mengimplementasikan komitmen mencintai bangsa dan negara dengan berupaya mewujudkan Kedaulatan Politik, Kemandirian Ekonomi dan Kepribadian Budaya, sebagaimana konsepsi TRI SAKTI yang disampaikan oleh Bung Karno, karena inilah esensi negara yang merdeka.

Dan tentu saja tugas ini tidaklah mudah, ditengah polarisasi yang trendnya menguat saat ini.

Adapun yang pertama harus dilakukan adalah menyatukan semua elemen nasionalis, yang dimulai dari langkah melakukan redefinsi tentang makna Nasionalis itu sendiri. Kata Nasionalisme tidak dapat disempitkan oleh ungkapan “Nasionalisme sektoral” misalnya, “kaum nasionalis religius”. Apalagi sampai ada pernyataan Nasionalisme dan Islam ataupun penyebutan nasionalis sektoral lainnya.

Menurut penulis, yang perlu disamakan adalah persetujuan maknanya, bahwa yang disebut kaum “Nasionalis Sejati” itu pada hakekatnya adalah seluruh elemen anak bangsa yang komitmen berpikir dan tindakannya jelas bertumpu pada perjuangan untuk kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara, serta keadilan dan kesejahteraan yang dapat dirasakan seluruh anak bangsa.

Kita harus menentang dan menegasikan anasir-anasir etno nasionalistik dan religi nasionalistik, agar tidak terjadi fragmentasi dan pembelahan di basis massa rakyat.

Untuk itu dapat kita katakan bahwa Nasionalisme Indonesia itu adalah Nasionalisme yang berfondasikan Ketuhanan dan Kemanusiaan untuk tegaknya eksistensi peradaban dan kebudayaan Indonesia dalam dialektika dunia global. Inilah esensi berpikir dalam memaknai Nasionalisme bagi kaum Nasionalis.

Harapannya, semoga kedepan GBN ini mampu menjadi jangkar pemersatu seluruh elemen kaum nasionalis, dan secara obyektif mampu membangun kesadaran kolektif rakyat, bahwa Indonesia kelak dapat menjadi negara maju dan besar Ketika kita meski tidak berpikir serupa tapi dapat berpikir bersama tentang Indonesia di era Revolusi industri 4.0 ini

Selamat berpikir dan berjuang dalam menjalankan ibadah sosial untuk menengakkan NKRI yang paripurna dalam eksistensinya di Dunia ini.

Komentar