Cangkang Sawit Indonesia Sumber Biomassa Di Jepang, Sultan Harapkan Rumusan Penetapan Harga TBS Sawit Diperbaharui

Jakarta, b-OneindonesiaWakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin mendorong pemerintah dan pelaku usaha untuk memperbaharui rumus penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit saat ini.

Hal ini disampaikan Sultan saat mengetahui tingginya permintaan dan nilai ekonomis cangkang Sawit Indonesia di Jepang. Sultan mengungkapkan agenda transisi energi Jepang membutuhkan suplai sumber energi biomassa utama seperti cangkang sawit dari Indonesia.

“Artinya, cangkang Sawit bisa diklasifikasi sebagai produk olahan sawit yang bernilai ekonomi tinggi. Sehingga penting untuk diperhatikan sebagai variabel utama dalam proses penentuan harga TBS sawit oleh pemerintah dan pelaku usaha pengolahan Kelapa Sawit”, ujar Sultan di saat melakukan kunjungan kerja ke negara sakura Jepang pada Sabtu (27/05) waktu setempat.

Salah satu peluang investasi di sektor industri pengolahan cangkang sawit, kata Sultan, adalah produksi pellet (high-energy density biomass) yang potensial meningkatkan nilai kalori cangkang sawit menjadi setara dengan batu bara antrasit (6.100- 6.400 kcal per kg). Di Indonesia, potensi produksi cangkang sawit mencapai 11 juta ton per tahun, tetapi masih diekspor sekitar 3,5 juta ton per tahun dalam bentuk komoditas setengah jadi.

“Namun, penetapan harga TBS selama ini belum memasukkan cangkang Sawit sebagai salah satu faktor yang bernilai ekonomi. Harga TBS ditentukan dengan rumus (harga minyak x rendemen minyak) + (harga kernel x rendemen kernel) x faktor pajak”, jelas mantan ketua HIPMI Bengkulu itu.

Oleh karena itu, lanjutnya, kami mendorong pemerintah melalui kementerian terkait untuk memberikan perhatian khusus pada produk cangkang Sawit yang selama ini teridentifikasi sebagai limbah industri pengolahan sawit. Sehingga petani sawit bisa mendapatkan sedikit tambahan nilai TBS sawit yang mengalami koreksi saat ini.

“Saat ini Harga TBS sawit di hampir semua daerah mengalami penurunan yang signifikan akibat penurunan ekspor CPO. Di saat yang sama, Eropa yang merupakan pasar potensial produk perkebunan khususnya sawit Indonesia kini sedang menutup pintu bagi produk Sawit Indonesia”, ujarnya.

Komentar