Jazilul Fawaid Wakil Ketua MPR RI : Santri Harus diperdayakan Agar Tak Disusupi Paham Radikal

Gresik, b-oneindonesia – Upaya menangkal paham radikal harus terus dilakukan. Termasuk di kalangan santri. Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, sebenarnya di kalangan santri terutama santri Nahdlatul Ulama (NU), isu radikalisme tidak menjadi persoalan karena mereka sudah ditanamkan kecintaan pada Tanah Air sebagai bagian dari iman.

Kendati begitu, upaya penguatan terhadap santri harus terus dilakukan agar tidak disusupi paham radikal. Di antara cara yang bisa dilakukan yaitu harus ada penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) santri.”Kedua, ekonomi santri harus hidup. Justru agar tidak tergoda oleh pikiran-pikiran lain yang biasanya muncul terutama karena faktor ekonomi, ketidakberdayaan, empat pilar itu mudah rapuh,” tuturnya dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional dan Pertemuan Tokoh Masyarakat Bawean dengan tema Meneguhkan Energi Nasionalisme Kaum Santri di Lapangan Tanjung Anyar, Lebak, Sangkapura, Bawean, Gresik, Rabu (30/10/2019) malam.

Wakil Ketua Umum PKB ini mengatakan melalui momentum Hari Santri Nasional, perlu dipersiapkan program-program oleh pemerintah agar bagaimana daerah bisa terjaga kuat.
“Termasuk sekarang ada UU Pesantren. Apa yang kemudian bisa dilakukan untuk momentum santri, utamanya di bidang ekonomi dan pendidikan,” urainya.

Menurut Jazil, tak bisa dipungkiri bahwa posisi santri harusnya berada di garis paling depan dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Karena Empat Pilar itu santri sudah diajarkan sejak kecil. Bahkan dilagukan itu, cinta Tanah Air itu sebagian dari iman (hubbul wathan minal iman). Itu artinya cinta NKRI. NKRI itu ada aturannya, Pancasila ada undang-undangnya. Jadi santri menurut saya harus ada di garda paling depan,” ujarnya.

Namun, hal itu dinilai tidak cukup. Santri harus diberikan peluang dan dukungan pemberdayaan. “Kalau tidak, nanti akan disusupi itu (paham radikal). Justru munculnya isu-isu radikalisme itu karena lulus dari pesantren enggak punya pekerjaan lalu keluar negeri. Di situ tertular itu,” katanya.

Jazil mencontohkan di beberapa di daerah pemilihannya di Lamongan tertularnya paham radikal bukan di daerah tempatnya tapi mereka tertular ketika mencari kerja di luar negeri. Kemudian bertemu dengan kelompok-kelompok ekstremis untuk direkrut dan diajari.

“Jadilah itu. Kemudian melakukan operasinya di Indonesia. Kalau melakukan operasinya di luar sih saya kira tidak akan merusak bangsa kita,” ujarnya.

Komentar