Jakarta b-oneindonesia-Indonesia melalui Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (FORDA) kembali menekankan pentingnya pengembangan dan pengelolaan hasil hutan dalam forum The Twenty Third Meeting of The Asean Working Group on Forest Products Development (23rd AWG-FPD). Hal tersebut disampaikan oleh Delegasi Indonesia pada Pertemuan 23rd AWG-FPD yang digelar secara virtual pada Selasa (6/10) melalui aplikasi video conference bluejeans dengan Thailand sebagai Chairperson dan Vietnam sebagai Vice Chair. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (FORPRO) selaku National Focal Point, Dr. Wening Sri Wulandari dengan anggota DELRI dari Pusat Litbang Hasil Hutan, Pusat Litbang Hutan, Sekretariat Badan Litbang dan Inovasi, Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan dan Biro Kerjasama Luar Negeri.
AWG-FPD merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF) untuk membahas kebijakan utama, program dan isu di bidang pengelolaan hasil hutan di wilayah ASEAN yang mencakup herbal dan tumbuhan obat serta pengembangan dan implementasi. Selain itu juga membahas tentang harmonisasi standar (perpanjangan ACCSQ), promosi perdagangan dan pemasaran produk hasil hutan dan Timber Certification Initiative (PATCI), serta pengembangan teknologi dan kerjasama hasil hutan.
Pada pertemuan kali ini, Indonesia menyampaikan update dan masukan tentang perkembangan hasil hutan bukan kayu, termasuk penelitian dan pengembangan dan inisiatif konservasi Eurycoma longifolia (Pasak Bumi / Tongkat Ali). Selain itu, Delegasi Indonesia juga menyampaikan update dan masukan tentang Perkembangan ARKN FPD (ASEAN Regional Knowledge Network on Forest Products Development ) website sebagai media penguatan jejaring antar lembaga riset dan promosi perdagangan ASEAN, Forest Law Enforcement, Governance and Trade-Voluntary Partnership Agreements (FLEGT-VPA).
“Indonesia menekankan pentingnya identifikasi riset Herbal Medicinal Plants (HMP) terkait pandemi Covid-19 dan harmonisasi standard untuk meningkatkan daya saing produk hasil hutan ASEAN dalam Plan of Action (POA) for ASEAN Cooperation in Forest Products Development,” kata Dr. Wening Sri Wulandari.
Terkait standar nasional melalui adopsi atau modifikasi standar ISO dan pertukaran informasi standar ISO dan IEC terbaru untuk harmonisasi juga dibahas dalam pertemuan kali ini serta tentang peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan integrated research.
Pertemuan 23rd AWG-FPD secara virtual ini juga dihadiri oleh perwakilan dari 9 negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam dan Filipina. Pertemuan ini juga dihadiri perwakilan dari ASEAN Secretariat dan perwakilan dari EU-FLEGT yang turut mempresentasikan implementasi program EU-FLEGT di level regional Asia Tenggara. Pertemuan AWG-FPD ke 24 tahun 2021 akan dilaksanakan di Vietnam.