Jakarta, b-Oneindonesia – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah prihatin atas ucapan Benny Wenda yang memproklamirkan jadi presiden Papua. Basarah menilai, Wenda seperti orang yang baru bangun tidur.
“Dia i(Wenda) itu juga masih terjebak dalam dunia mimpi dan ilusi yang diciptakannya sendiri dalam kenikmatan lobi-lobinya di Eropa,” ujar Basarah.
Basarah Ketua Bidang Luar Negeri DPP PDI Perjuangan, menyesalkan pemerintah Inggris yang seolah memberi ruang bagi Wenda untuk mendiskreditkan pemerintah Republik Indonesia yang berdaulat atas Papua.
“Jadi seharusnya Wenda bisa bangun dari mimpinya dan melihat Papua saat ini lebih seksama. Sebagai bagian dari Republik Indonesia, pemerintahan Presiden Joko Widodo menaruh perhatian yang luar biasa terhadap pembangunan Papua,” katanya.
Selain beberapa kali hadir secara personal di Papua, Jokowi memberi porsi lebih bagi pembangunan di Papua. Mulai dari pembangunan SDM, infrastruktur, beasiswa, hingga menghilangkan disparitas harga BBM dan lain-lain.
Tidak hanya itu, dikatakan Basarah, “Presiden Jokowi juga memercayakan jabatan staf khusus kepada dua putra Papua. Yakni Lenis Kogoya dan Billy Mbrasar. “Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, meski bukan asli suku Papua, juga merupakan putra daerah Papua, yang lahir dan besra di sana,” tegas Basarah.
Basarah menyatakan bahwa berdasarkan fakta sejarah, negara Papua tidak pernah ada. Papua, sebelum Belanda melakukan kolonisasi adalah daerah yang terdiri dari banyak suku yang saling berperang dalam memperebutkan wilayah dan sumber daya. Papua sendiri, bersama wilayah Indonesia lainnya adalah bekas jajahan Belanda.
Oleh karenanya berdasarkan prinsip Uti Possidentis Juris, setelah Indonesia merdeka, maka Indonesia mewarisi bekas jajahan Belanda, termasuk Papua.
“Itu juga diperkokoh dengan hasil Penentuan Pendapat Rakyat (1969), di mana rakyat Papua telah memilih untuk tetap bergabung dengan NKRI,” tandasnya.
Patut dicatat di sini bahwa Presiden Jokowi sendiri memenangkan Pilpres 2019 di Provinsi Papua dan Papua Barat secara telak dengan suara diatas 85%. Atau lebih dari 3.5 juta suara dengan tingkat partisipasi pemilih di atas 85%.
“Angka ini menjadi bukti dukungan yang kuat dari rakyat Papua bagi pemerintahan Presiden Jokowi. Sekaligus menjadi fakta tak terbantahkan bahwa Papua nyaman berada dalam pangkuan Ibu Pertiwi, Indonesia,” ucap Basarah.
Bahwa masih ada yang belum puas, tentu ini adalah sebuah keniscayaan. Tidaklah mungkin dapat memuaskan semua pihak. Setidaknya pemerintahan Presiden Jokowi senantiasa berusaha memberikan yang terbaik bagi rakyat Papua.
Memang masih diperlukan komunikasi yang intensif dan dialog terbuka dari hati ke hati dengan para pemuka adat dan pemuka agama di Papua. Pola pendekatan represif dan kekerasan sedapat mungkin dihindari.
Pembangunan tidak hanya pembangunan fisik, namun juga memberi keseimbangan dengan pendekatan pembangunan SDM.
“Papua adalah saudara kita, jika Papua sakit, kita sebagai saudara sebangsa juga akan merasakan, tidak mungkin akan kita tinggalkan,” tegas Basarah Ketua Dewan Penasihat GMFKPPI.
Benny Wenda terlalu lama mereguk kenikmatan di Eropa. Hinggap dari satu ballroom ke ballroom lain. Dari satu forum ke forum lain dengan dalih diplomasi. Mabuk sanjungan sehingga tidak sadar dimanfaatkan sebagai proxy negara lain, yang memberi ilusi bahwa Papua bisa merdeka.
Namun pada kenyataannya negara-negara lain hampir seluruhnya tetap mengakui bahwa Indonesia adalah bagian yan sah dari NKRI. Wenda juga terlalu tidur dalam kenikmatan, sehingga mungkin tidak menyadari perkembangan Papua.
“Sebagai sesama anak bangsa, meski Wenda lebih memilih warga negara Inggris, saya menyerukan agar Wenda bangun dari tidur panjangnya. Sudahi kenikmatan semu dan mimpi indah menjadi Presiden RI dari negara Inggris, mari bersama membangun Papua,” ujar Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah.