Memaknai Sumpah Pemuda

Jakarta B-ONEINDONESIA Biro Humas MPR RI bekerja sama dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen  menyelenggarakan forum  dialog yang bertajuk “Memaknai Sumpah Pemuda” bertempat di Media Center, Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Jakarta.

Adapun pembicara yang hadir di forum tersebut  antara lain anggota fraksi partai Demokrat MPR RI, Herman Khaeron, anggota fraksi  partai Golkar MPR RI, Dyah Roro Esti Widya Putri dan anggota dari Kelompok DPD RI, Engelius Wake Kako yang juga Mantan Ketua Pengurus Pusat PMKRI 2016-2018

Forum tersebut membahas peran-peran kepemudaan dan tantangan pemuda Indonesia  masa depan. Englius di hadapan peserta forum mengatakan bahwa Indonesia harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi kekuatan ekonomi dunia.”Data pengangguran kita saat ini turun tapi pengangguran terdidik semakin banyak. Negara harus mempunyai rencana mempersiapkan generasi mudanya. Kita punya mimpi besar di 2045, tapi itu jangan hanya  sebatas mimpi saja. Anak muda harus bersatu menyambut masa emasnya di 2045″ ujar Engelius.

Dalam pemaparannya, Engelius menyampaikan bahwa Indonesia punya generasi yang cukup banyak  namun harus diramu agar menjadi kekuatan yang besar. Pemuda perlu menghindari konflik-konflik internal seperti konflik Papua misalnya yang terlalu banyak menguras energi. Pemuda harus   sadar bahwa kesatuan adalah yang utama . Tantangan  negara kedepan akan semakin sulit. Semua generasi muda sebaiknya perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi kejutan jaman yang semakin dinamis.

Diah Roro Esti pada kesempatannya menyebutkan Sumpah Pemuda sebagai simbol perjuangan. ” Sebagai pemuda tentu kita harus melanjutkan perjuangan tersebut. Kondisi saat ini sangat jauh berbeda dengan masa kolonial. Ada kemudahan untuk mengakses pendidikan , tidak seperti dulu.  Bahkan negara sudah memberikan beasiswa dari dana abadi, harus dimanfaatkan sebaik mungkin” pungkas Esti.

Hal yang sama juga juga disampaikan oleh Herman Khaeron bahwa pemuda harus mampu berpikir kritis. Indonesia akan menjalani revolusi industri 4,0. Akan banyak dari kaum pemuda yang terkena dampak Technologi Trap. Pekerjaan-pekerjaan umum yang sebelumnya bisa dikerjakan manusia akan tergantikan perannya oleh teknologi. “Pemuda harus  tetap  tanggap dalam menghadapi era disrupsi,  harus bisa membaca zaman ” ujar Herman.

Di era globalisasi, pemuda harus bisa mengikuti setiap kemajuan. Negara tentu tidak bisa membatasi bahkan menolak nilai-nilai yang masuk dari negara luar. Tentu yang paling penting dilakukan adalah negara harus membangun generasi penerusnya agar tercapainya masa emas Indonesia 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *