Jakarta, b-Oneindonesia – Lembaga Poltracking Indonesia melakukan survei terkait elektabilitas capres 2024. Dalam survei tersebut, Poltracking menguji head to head tiga nama calon presiden 2024 dengan elektabilitas tertinggi, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Survei Poltracking menggunakan sampel 1.220 responden berusia di atas 17 tahun dengan menggunakan metode multistage random sampling.
Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan protokol kesehatan pada 16-22 Mei 2022. Margin of error survei ini tercatat +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan hasil survei, terekam Prabowo Subianto memenangi head to head dengan dua nama yang memiliki elektabilitas tertinggi lainnya. Prabowo unggul saat ditandingkan dengan Ganjar Pranowo dan Anies Baswesan.
Responden diberi pertanyaan: Di antara calon presiden berikut ini, siapa yang akan Bapak/Ibu/Saudara pilih dalam Pemilihan Umum Presiden 2024?
Berikut hasil head to head capres:
Ganjar Pranowo 33,8% vs Anies Baswedan 25,2%
Prabowo Subianto 33,4% vs Ganjar Pranowo 32,5%
Prabowo Subianto 36,0% vs Anies Baswedan 20,8%
“Sementara itu, dalam simulasi head to head dua nama calon Presiden Indonesia, Ganjar Pranowo lebih unggul dibanding Anies Baswedan. Ganjar memperoleh 33,8 persen, sedangkan Anies memperoleh 25,2 persen,” ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda dalam konferensi pers, Kamis (9/6/2022).
Berdasarkan head to head tersebut, Anies masih tertinggal oleh Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Bahkan Anies belum dapat mengungguli satu pun dari mereka.
Poltracking Indonesia melakukan survei terhadap elektabilitas calon presiden 2024. Dalam rilis survei tersebut, terdapat 10 nama calon presiden Indonesia sesuai dengan elektabilitasnya.
Berikut elektabilitas capres jika Pemilu 2024 diselenggarakan hari ini:
Ganjar Pranowo 26,9%
Prabowo Subianto 22,5%
Anies Baswedan 16,8%
Agus Harimurti 3,6%
Ridwan Kamil 3,4%
Erick Thohir 2,6%
Sandiaga Uno 2,2%
Khofifah Indar 2,0%
Airlangga Hartarto 1,8%
Puan Maharani 1,2%
Merahasiakan jawaban 6,7%
Tidak tahu 10,3%
“Mengingat pelaksanaan pilpres masih cukup jauh hingga 2024, sangat mungkin terjadi berbagai dinamika, peristiwa, dan momentum politik yang berpotensi mengubah peta politik elektoral ke depan,” ujar Hanta