Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah saat rangkaian peringatan hari kelahiran H.M. Taufiq Kiemas di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (31/12). Foto: DPP PDIP.
Jakarta, b-Oneindonesia – Ketua Umum PP Bamusi, Hamka Haq mengatakan, sosok mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas banyak jasanya untuk negeri ini. Adapun ini disampaikannya dalam rangkaian acara peringatan hari kelahiran H.M Taufiq Kiemas yang ditutup dengan khatam pembacaan Alquran, santutan kepada anak yatim piatu, tahlilan, bahkan mendengar testimoni dari mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, serta ceramah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (31/12/2022).
Turut hadir jajaran DPP PDIP seperti Ahmad Basarah, Wiryanti Sukamdani, anggota DPR dan ratusan masyarakat. Hamka Haq menceritakan, apa yang dilakukan pihaknya hari ini yakni melakukan ziarah ke makam Fatmawati Soekarno dan Taufiq Kiemas menjadi tradisi yang harus dirawat.
Menurut dia, menghormati pahlawan sudah sepatutnya dilakukan, terlebih, kepada sosok Taufiq Kiemas yang jasanya besar untuk bangsa.
“Pak Taufiq Kiemas sangat besar jasanya bukan hanya untuk partainya tapi juga bangsa kita,” jelas Hamka.
Salah satu yang dilakukan almarhum adalah mampu merangkul semua kalangan, sebagaimana hanya demi satu keinginan yakni terus menjaga Indonesia dengan segala keberagamannya.
“Mampu merajut perbedaan menjadi jembatan kedua kutub yang berbeda. Mulai dari yang sifatnya sangat kanan hingga kekiri-kirian. Itu dirangkul,” ungkap Hamka.
Hal ini pun diamini oleh Ahmad Basarah yang juga menjadi perwakilan pihak keluarga. Menurut dia, almarhum yang mengetahui Pancasila sebagai jalan pemersatu bangsa, mampu mengisi ruang kosong yang sempat ditinggalkan negara khususnya oleh era orde baru.
“Ketika negara abai untuk melaksanakan tugas ideologinya. Membangun ideologi bangsa dan mensosialisasikan bangsa. Setelah era reformasi bangsa ini tidak punya instrumen ideologinya bangsa, dan ketika almarhum Taufiq Kiemas memimpin lembaga MPR beliau menggagas hari lahirnya Pancasila sejak dilarang Orde Baru, sejak tahun 1970,” tuturnya.
Almarhum pun menggagas sosialisasi empat pilar ke seluruh wilayah Indonesia. Dan sejak saat itu perlahan-lahan masyarakat mulai kembali mengetahui peran besar ideologi bangsa Pancasila.
Ahmad Basarah menegaskan, sebagai buktinya, pemerintah Jokowi akhirnya mengesahkan hari lahir Pancasila yang disambut antusias masyarakat.
“Sejak 1 Juni 2016, bangsa Indonesia kembali dapat memperingati peresmian hari lahirnya Pancasila setelah Presiden Jokowi mengeluarkan Keputusan Presiden,” kata dia.
Senada, Lukman Hakim pun mengenang sosok almarhum dengan banyak panggilan tergantung dari mana dirinya berada. “Dari sini saja kita bisa melihat yang bisa kita teladani dari almarhum luwesnya pergaulan yang dijalani,” jelas dia.
“Inilah yang begitu dominan pada karakter pada sosok kepribadian almarhum. Merajut dan jembatan yang menyambungkan gubungan-gabungan atau relasi interaksi beragam kelompok-kelompok di tanah air” sambungnya.
Bahkan, lanjut Lukman, almarhumlah yang menggagas untuk bertemu dengan Abu Bakar Ba’asyir di Pesantren Al Mukmin Ngruki, di mana saat itu pandangannya sangat berbeda tentang NKRI dan Pancasila.
Menurutnya, banyak yang meragukan langkah Taufiq dan takut ditolak. “Pak TK (Taufiq Kiemas) mengatakan bahwa, tidak apa-apa, ditolak pun tidak apa-apa. Saya masih ingat betul beliau mengatakan, dituntut dari kita adalah ikhtiar, usaha untuk menyatukan beragam kelompok yang ada,” ungkap Lukman.
“Justru, kita sedang diberi amanah menjadi pemimpin MPR, maka tugas merajut, merangkai, menjalin keragaman di tanah air, sekeras, setajam apapun itu harus dilakukan,” sambungnya.
Sementara, Nasaruddin Umar melihat sosok almarhum adalah sosok yang mengobarkan ego dan subyektifnya untuk kemaslahatan luas. Itu artinya tidak wafat.
“Jangan kita mengira orang itu wafat. Kata Quran itu tetap hidup, bahkan di sisi Allah tetap mendapatkan rizki,” jelas dia.
Karena itu, menurut Nasaruddin langkah yang dilakukan DPP PDIP dengan mendoakan dan mengadakan tahlilan adalah langkah baik, bahkan tradisi yang bagus terlebih di penghujung tahun.
“Al Quran mengingatkan kepada kita orang yang meninggal tetapi telah mengobarkan banyak jasa untuk kehidupan dan kemasalahan umat, maka itu sesungguhnya tidak wafat. Dia tetap hidup dan akan terus menjamin rizkinya oleh Allah di alamnya sana,” jelasnya. (JF Sayuti)