Jakarta, b-oneindonesia – Suasana Rapimnas Partai Golkar sempat “memanas” saat Wakil Sekjen Viktus Murin menginterupsi Ketua Umum Airlangga Hartarto, ketika Airlangga sedang memimpin Sidang Paripurna IV yang berisikan pemandangan umum DPD-DPD Partai Golkar Provinsi, Sayap, dan Hasta Karya, Kamis malam (14/11).
Dalam arena Rapimnas, Viktus menginterupsi Airlangga di saat Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Sulawesi Utara Tetty Paruntu sedang menyampaikan pemandangan umum yang intinya memuji-muji kepemimpinan Airlangga dan menyatakan mendukung kembali Airlangga.
Ketika Viktus menginterupsi Airlangga, tampak mendampingi Airlangga di meja pimpinan sidang antara lain Sekjen Lodewijk Paulus, Bendahara Umum Robert Joppy Kardinal, dan para petinggi partai beringin itu diantaranya Nurdin Halid, Ibnu Munzir, Melchias Markus Mekeng, Kahar Muzakir, Roem Kono, dan Nusron Wahid.
Letupan Interupsi Viktus serta-merta ditolak Airlangga, namun Viktus tetap bersikeras sembari berteriak-teriak dari area tempat duduk paling belakang peserta Rapimnas. Dia berteriak-teriak karena alat mic bagi peserta tidak bisa diaktifkan. Sesaat Viktus sempat mendebat Airlangga bahwa dia hendak berbicara sesuatu yang berkaitan dengan substansi pemandangan umum. Tetapi, Airlangga bersikeras menolak interupsi Viktus dan berkilah bahwa sesi tanggapan akan diberikan secara khusus. Dengan ekspresi kesal Viktus yang sudah berjalan beberapa langkah ke depan, akhirnya memilih untuk kembali ke kursi peserta.
Berjalan tiga menit persidangan Rapimnas yang diikuti sekitar 300-an peserta sempat terhenti, karena interupsi Viktus. Ada juga elite-elite senior Partai Golkar yang hadir mendengarkan pemandangan umum itu diantaranya Akbar Tanjung (Wakil Ketua Dewan Kehormatan) dan Agung Laksono (Ketua Dewan Pakar).
Kepada media di luar ruangan Rapimnas, Viktus yang dimintai tanggapannya mengenai point apa yang hendak dia sampaikan, mengatakan, dia hendak mengingatkan Airlangga agar sebagai Ketua Umum Partai Golkar saat ini dapat menjaga kewibawaan forum Rapimnas agar tidak melenceng menjadi ‘Munas yang prematur’.
“Dukung-mendukung calon ketua umum itu forumnya di Munas, bukan di Rapimnas. Kalau sudah sebut nama yang didukung berarti Rapimnas ini udah berubah jadi Munas yang prematur. Ini menyalahi fatzun atau kepatutan forum musyawarah organisasi. Rekomendasi dari DPD-DPD itu mestinya berkaitan dengan usulan perihal persiapan Munas, bukan dukung-mendukung caketum. Ini merusak suasana psiko-politis di internal Partai Golkar. Kita tidak boleh munafik dalam berorganisasi, di satu sisi mengajak bersatu tetapi di sisi lain justru melempar benih perpecahan,” tegas Viktus, mantan aktivis mahasiswa 1998 dan Sekjen Presedium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI (1999-2002).