Surabaya-b-oneindonesia–Bank Indonesia mendorong Indonesia untuk dapat memainkan peran yang lebih besar sebagai produsen industri halal yang tidak hanya sanggup mencukupi kebutuhan di dalam negeri namun juga dapat memenuhi pasar global.
“Meskipun kedudukan kita saat ini sebagai konsumen utama produk makanan, busana, maupun pariwisata halal dunia. Namun kita cukup optimis,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Surabaya, Kamis (7/11/2019) dikutip dari antara.
Dody mengatakan optimisme tersebut dipacu melalui penghargaan yang baru saja diterima oleh Indonesia dari Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019 sebagai negara peringkat pertama di dunia dalam mengembangkan ekosistem keuangan syariah.
“Peringkat Indonesia bahkan naik cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang berada di peringkat ke-6,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi yang cukup besar yakni dengan adanya 207 juta orang atau 87,2 persen dari total penduduk merupakan beragama muslim sehingga dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi syariah.
Penduduk muslim Indonesia tersebut dinilai mampu membantu dalam mengembangkan enam sektor unggulan industri halal di tanah air yaitu makanan halal, pariwisata halal, fesyen muslim, industri kreatif, pertanian terintegrasi, dan energi terbarukan.
Ia melanjutkan peluang untuk meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata dunia masih terbuka lebar dengan memastikan bahwa strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional dapat mulai fokus pada inovasi dan pencapaian kualitas yang baik.
“Jadi tidak lagi terlaksana dalam ruang yang monoton dan hanya terjebak pada rutinitas,” ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut berdasarkan tiga pilar Blueprint Eksyar Bank Indonesia yaitu pilar pertama adalah pengembangan ekonomi syariah melalui pengembangan halal value chain agar bisa mendukung penciptaan high quality-local product sehingga dapat memenuhi standard internasional.
Pilar kedua yaitu terkait pendalaman pasar keuangan syariah melalui ketersediaan pembiayaan syariah yang bisa mengintegrasikan sektor keuangan komersial maupun sosial syariah dengan didukung variasi instrumen sehingga mampu menyasar jaringan investor yang lebih besar.
Pilar ketiga terkait riset dan edukasi yakni dengan kualitas lebih baik dapat menyediakan sumber daya manusia yang handal, profesional, dan berdaya saing dengan dilengkapi ilmu yang berorientasi sebagai standar internasional.
Dody mengatakan tren pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya menjadi konsumsi berbagai negara dengan mayoritas penduduk muslim misalnya Thailand sebagai pemasok makanan halal dunia, China merupakan pengekspor busana muslim terbesar, serta Australia dan Brazil menjadi pemasok daging halal terbesar dunia.
“Bahkan Inggris sudah lama dikenal sebagai pusat keuangan syariah dunia,” ujarnya.
Sementara itu, ia menekankan bahwa dalam mencapai seluruh tujuan tersebut diperlukan adanya sinergi dari berbagai pihak seperti Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sehingga bisa semakin memperkuat pelaksanaan empat strategi utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Empat strategi utama tersebut tercantum dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yaitu meliputi penguatan rantai nilai halal, penguatan sektor keuangan syariah, pemanfaatan ekonomi digital, serta penguatan usaha mikro, kecil dan menengah.