Murdaya Poo yang sekarang ini berharta Rp16 triliun dan jadi orang terkaya ke-33 RI pernah jadi tukang koran.
Jakarta, b-Oneindonesia – Perjalanan hidup tidak ada seorang pun yang bisa menebaknya. Termasuk, yang terjadi pada taipan Murdaya Poo. Bagaimana tidak? Dengan sejarah latar belakangnya yang pernah berjualan koran, kini Murdaya Poo menjelma menjadi orang yang bergelimang harta.
Mengutip Forbes, kekayaan Murdaya Poo saat tembus US$1,1 miliar atau Rp16,47 triliun (Kurs Rp14.976 per dolar AS). Kekayaan itu membuatnya menduduki peringkat orang terkaya nomor 33 di Indonesia.
Bermodal Rp150 Juta Kini Berharta Rp24 T
Lalu siapa sebenarnya Murdaya Poo sehingga bisa sekaya itu?
Murdaya Poo merupakan seorang pengusaha sukses pendiri PT Central Cipta Murdaya (CCM) Group. CCM merupakan perusahaan yang membawahi 50 anak usaha dan bergerak di berbagai industri mulai properti, perhotelan, mal, gedung perkantoran, manufaktur, ritel, IT, konstruksi, hingga perkebunan sawit.
Mengutip berbagai sumber, perusahaan itulah yang membawanya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Sebelum mendirikan perusahaan itu dan kemudian menjadi orang kaya seperti sekarang, lelaki bernama lengkap Murdaya Widyawimarta Poo yang lahir di Blitar pada 12 Januari 1946 itu harus melalui tahapan hidup yang menantang.
Pasalnya, Murdaya tidak mendapatkan semua kesuksesan dan kekayaan itu dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Semua kekayaan, ia harus mendapatkan dengan perjuangan.
Bahkan, perjuangan dari nol karena semua ia mulai dari berjualan koran. Usaha itu dilakukannya supaya bisa bertahan hidup.
Perjuangan hidup menjadi penjual koran itu ia tapaki sampai dengan usia 26 tahun. Selepas itu, ia menemukan jalan baru untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi pada 1972 lalu.
Ia mengembangkan perusahaan bersama dengan istrinya, Siti Hartarti Murdaya, yang baru ia nikahi pada 1971 atau setahun sebelumnya.
Pada awal perjalanannya, perusahaan ini sebenarnya biasa-biasa saja. Tapi, karena saat itu hanya ia yang menjalankan bisnis itu, usahanya berkembang pesat karena minim pesaing.
Perusahaan yang dibangun jebolan Fakultas Ekonomi UI angkatan 1962 itu sering mendapatkan proyek besar yang memberikan banyak pundi uang. Dan karena perkembangan pesat itulah, pada 1984, ia bersama istrinya mendirikan Central Cipta Murdaya Group.
Melalui kelompok usaha ini, ia melebarkan kepakan sayap bisnisnya ke bidang industri sepatu dengan mendirikan perusahaan bernama Hardaya Aneka Shoes Industry.
Pada 1988, perusahaan menggandeng brand Nike, membangun pabrik Sepatu Nike di kawasan Tangerang. Usaha terus berkembang. Tahun berikutnya pasangan itu mendirikan pabrik sepatu Nike bernama PT Nagasaki Paramashoes Industry.
Untuk memperlancar bisnis itu, mereka kemudian mendirikan PT Berca Sportindo. Perusahaan bertugas mendistribusikan sepatu Nike ke seluruh wilayah Indonesia. Berbekal pengalaman itu, kemudian mereka mengembangkan Sepatu League.
Usaha mereka terus berkembang. Kelompok usaha ini yang mereka dirikan kemudian memprakarsai pembangunan pusat konvensi dan pameran berkapasitas 5.000 sampai 12 ribu tempat duduk yang sekarang ini terkenal dengan nama Jakarta International Expo (JIEXpo) Kemayoran.
Murdaya Poo juga merupakan pemilik Jakarta Convention Center (JCC) sebuah tempat pertemuan yang ada di kompleks Gelora Bung Karno (GBK).
Tak hanya gedung pertemuan, Murdaya Poo juga memiliki bisnis pengembang properti elit yakni PT Metropolitan Kentjana yang lebih dikenal sebagai Pondok Indah Group. Jadi bisa dibilang kawasan perumahan elit Pondok Indah adalah ‘wilayah kekuasaannya’ Murdaya Poo. Kawasan Puri Indah juga ‘dikuasai’ oleh Murdaya.
Tak hanya gedung pertemuan, pabrik sepatu, bisnisnya juga merambah sektor properti, agroindustri dan kontraktor listrik. Di bidang properti, ia memiliki perusahaan bernama PT Metropolitan Kentjana.
Perusahaan itu merupakan pengembang kawasan hunian elit Pondok Indah, Mal Pondok Indah, Puri Mall dan kawasan lain. Di bidang perkebunan, ia dan istrinya memiliki perusahaan bernama PT Hardaya Inti Plantation yang bergerak di bidang perkebunan sawit.
Perusahaan memiliki lahan kelolaan seluas 70 ribu hektare di Kabupaten Buol, Sulawesi-Tengah. Bisnis-bisnis itu telah memberikan penghidupan kepada 42 ribu karyawan.
Karyawan itu bekerja di bawah lebih dari 36 perusahaan yang bernaung di bawah bendera CCM Group.
Selain moncer di bisnis, Murdaya Poo juga aktif di dunia politik. Ia pernah aktif menjadi politikus PDIP. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi PDIP pada masa bakti 2004-2009. Namun demikian, menjelang akhir masa jabatannya sebagai anggota legislatif, ia harus dipecat oleh PDIP.
Pemecatan dipicu tindakan indisiplinernya saat Pemilihan Presiden 2009. Tindakan indislpliner yang dituduhkan kepadanya adalah; tidak mendukung pencalonan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto.
Selain di PDIP, Murdaya juga diketahui pernah aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Karena keatifan itu, ia pernah dipecat dari statusnya sebagai mahasiswa UI.
Anak-anak pasangan Siti Hartati Tjakra Murdaya dan Murdaya Poo, anak pertamanya adalah Pajna Murdaya, anak keduanya adalah Metra Murdaya, anak ketiganya adalah Uppeicha Murdaya, dan anak terakhirnya adalah Karuna Murdaya.