Jakarta-be-oneindonesia-EKONOMI ASIA AKAN TERANCAM AKIBAT KETEGANGAN AS-CHINA
Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mengancam dan memperlambat volume perdagangan global lebih mendalam, dampak ini akan terlihat terutama dalam perekonomian negara-negara yang bergantung pada ekspor seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Prediksi kawasan Asia menjadi yang paling terpukul oleh perang dagang, telah diprediksi oleh ekonom dari Moody’s Analytics.
Prediksi dari Moody’s Analytics yakni Steve Cochrane selaku Kepala Ekonom Asia Pasifik, ekonomi Asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan “sangat terpapar” terhadap kondisi ekonomi Tiongkok. Selanjutnya ia menjelaskan, bahwa selain melayani konsumen China, ketiga ekonomi itu juga memasok produk yang dirakit dan dijual oleh pabrik di China ke pasar seperti AS.
“Mereka sangat bergantung pada hubungan perdagangan dengan China, dan sangat terikat dengan permintaan domestik di Tiongkok dan dalam hal rantai pasokan yang lebih luas. Jadi mereka sangat, sangat terbuka untuk merasakan dampak (perang dagang),” (nrl/sumber berita-Cochrane kepada CNBC).
China dan AS sebagai dua (2) ekonomi terbesar di dunia telah terlibat dalam pertarungan tarif yang dimulai lebih dari setahun yang lalu. Bahkan kini semakin memperlihatkan suhu dengan tensi ketegangan antara kedua negara meluas bahkan sampai melampaui perdagangan hingga berdampak kepada bidang-bidang lainnya seperti teknologi dan keamanan.
Dan saat ini mengutip pernyataan keamanan nasional AS, Washington menempatkan Huawei pada daftar hitam yang dinilai sebagai sebuah langkah untuk membatasi perusahaan-perusahaan Amerika melakukan bisnis dengan pembuat peralatan telekomunikasi asal China.
Selanjutnya akan berakibat yang kurang baik sejak meningkatnya ketegangan terjadi antara China dan AS, saat ini telah terjadi saham-saham di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan telah menjadi salah satu yang mengalami tekanan terbesar di Asia. Sebagian besar hal tersebut terjadi karena ekonomi tiga negara tersebut merupakan eksportir utama komponen teknologi ke China, dan beberapa perusahaan yang terdaftar di pasar saham tersebut adalah pemasok ke Huawei.
Sementara pemulihan di tiga pasar saham itu akan bergantung pada bagaimana gesekan antara AS dan China berkembang dalam waktu dekat ini. Para pakar pemerhati masalah ini menganalisis dan menprediksi bahwa para investor sedang menyaksikan KTT G-20 mendatang, mengingat bahwa Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengindikasikan hal tersebut ia akan memutuskan apakah akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang asal China. Saat ini banyak investor asing menjauh dari saham-saham di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Data dari bursa saham utama di tiga pasar menunjukkan bahwa investor asing telah melakukan aksi jual sejak Mei.
Prediksi kemungkinan kedepannya pada dasarnya akan ada hasil biner. Bila menyaksikan resolusi positif terhadap perang perdagangan, akan nampak pasar-pasar tersebut meningkat cukup tinggi dalam periode waktu yang cukup singkat. Namun, bila kebalikannya terjadi, tiga pasar Asia utama mungkin harus dihindari,” seperti yang disampaikan oleh John Woods, selaku kepala investasi Asia Pasifik di Credit Suisse kepada CNBC beberapa waktu yang lalu. (nrl/sumber berita-CNBC).