Jakarta-b-oneindonesia–Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut para diplomat banyak beradaptasi selama pandemi COVID-19, karena keterbatasan pergerakan dan semakin beragamnya tugas baru yang harus dijalankan.
Menurut Retno, pandemi telah memaksa para diplomat untuk keluar dari metode tradisional seperti pertemuan fisik dan negosiasi langsung, serta mempelajari hal-hal baru terutama terkait kesehatan dan obat-obatan.
“Sekarang kami memiliki sejumlah diplomat muda yang mengetahui detail tentang obat dan vaksin. Kami tidak pernah memikirkan sebelumnya bahwa seorang diplomat harus belajar mengenai kedokteran dan vaksin,” Retno dalam seminar daring di Jakarta, Kamis (06/08/2020).
Lebih daripada sebelumnya, diplomat juga diharapkan menjadi kreatif, sensitif, dan responsif terhadap perubahan, agar perannya tetap relevan.
“Selama pandemi ini, kami harus mengikuti perkembangan terbaru COVID-19. Meskipun kami bukan dokter atau ahli epidemiologi, beberapa diplomat saya tugaskan untuk melakukan fasilitasi kerja sama pengembangan vaksin COVID-19,” kata Retno.
Dalam hal perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri, para diplomat dituntut untuk berpikir dan bertindak cepat karena nyawa dan penghidupan banyak WNI bisa dipertaruhkan akibat pandemi.
Selain itu, diplomat juga ditugaskan untuk mencari solusi atas hambatan ekonomi guna mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi.
“Kementerian Luar Negeri memiliki tim kecil yang bertanggung jawab atas percepatan pemulihan ekonomi untuk memantau tindak lanjut rencana perdagangan dan investasi sebagai bagian dari dukungan kami untuk pemulihan ekonomi Indonesia,” tutur Retno.
Selama pandemi COVID-19, Kemlu telah menjalankan tiga prioritas utama yaitu perlindungan WNI di luar negeri termasuk perawatan bagi mereka yang terinfeksi dan pemulangan WNI yang terdampak berbagai kebijakan pembatasan pergerakan di sejumlah negara.
Selanjutnya, mendorong diplomasi ekonomi serta diplomasi dalam kerja sama pengembangan vaksin, pemenuhan alat-alat kesehatan, dan obat-obatan.