Jakarta, b-Oneindonesia – Setiap perspektif Pemilu Nasional, kita semua telah mengalami fase-fase pemilu pasca-reformasi, sejak Pemilu 2004 hingga Pemilu 2019. Yang menarik, tidak pernah ada kemenangan dalam pertarungan politik nasional yang didominasi oleh gerakan kelompok agama, baik tradisional (seperti gerakan nahdiyin PKB/PPP ataupun Muhammadiyah melalui patron PAN) maupun kelompok modernis (seperti PKS).
Bahkan, partai yang didaulat sebagai partai Kristen, melalui perwakilan Pemilu 2004 silam, yang berhasil mengantarkan PDS masuk parlemen di periode 2004 – 2009, terpaksa harus membubarkan diri pasca-tidak mampu menunjukkan eksistensi politik di Pemilu 2009 dan harus absen di Pemilu 2014 karena tidak lolos verifikasi Pemilu Nasional.
Partai Demokrat telah menunjukkan contoh nyata, gerakan politik kelompok tengah dengan manifesto perjuangan partai nasionalis-religius, kalau boleh ditambahkan lagi dengan satu komitmen yang tidak pernah berubah pluralis-demokratis.
Menjadi role model bagi pergerakan politik selama 10 tahun (satu dasawarsa) lamanya, mendorong reformasi di tubuh partai-partai berideologi agama, seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS, kemudian bertransformasi menjadi partai nasionalis terbuka (pluralis).
Sehingga pada saat ini, tidak mengherankan, jika di Tanah Papua dapat kita temukan Ketua PKB (Nahdiyin) berasal dari tokoh Kristen di Tanah Papua, Ketua PKS (islam modernis) berasal dari tokoh Kristen di Tanah Papua dan seterusnya.
Pluralisme menjadi kunci eksistensi gerakan partai politik dalam sejarah politik nasional pasca-reformasi hingga hari ini.
Sampel terbaru, Presiden Jokowi memenangkan pemilu selama 2 periode dan memberikan dampak elektoral terhadap PDIP serta koalisinya, dikarenakan dapat memainkan peran politik pluralisme dalam gerakan politiknya.
Saatnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Partai Demokrat merebut kemenangan elektoral Pilkada 2020 di Wilayah Timur Indonesia, Tanah Papua dan Kepulauan Maluku, untuk meletakkan dasar-dasar dukungan politik, yang akan sangat berguna bagi dukungan pertarungan di Pemilu 2024 mendatang.
Tidak ada yang mustahil dalam visi politik, yang ada hanyalah “keberanian untuk memulai gerakan pembaharuan” yang dipastikan akan dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Semua orang di dalam organisasi, harus dapat melihat destinasi visi yang hendak dicapai, yaitu kemenangan dan kejayaan Partai Demokrat.
Oleh: Willem Wandik S. Sos
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat/Fraksi Demokrat DPR RI