C. Suhadi/Relawan Jokowi.
Jakarta, b-Oneindonesia – Pro dan kontra penurunan Baliho MRS mencuat di medsos, karena TNI dan Polri bersama Masyarakat sedang berada di garis terdepan dalam menurunkan spanduk-spanduk tersebut. Bukan hanya di turunkan tapi dirobek dan di bakar tanpa ampun, barangkali ini sebagai bentuk kekecewaan atas hadirnya FPI dan MRS sebagai pendirinya. Dan keduanya seperti pinang dibelah dua, tanpa dapat dibedakan karena keduanya saling mengingat satu dengan lain, FPI itu Riziek Shihab dan Riziek Shihab itu adalah FPI.
Terhadap penurunan Baliho tersebut banyak pihak yang kebakaran jenggot, tak kurang dari seorang JK, sang mantan wapres yang namanya ramai disebut sebagai sponsor dari kepulangan MRS ke Indonesia juga ikut beraksi bahwa intinya telah menyanjung setinggi langit dengan dalih, MRS adalah tokoh yang alternatif karena adanya Kekosongan pemimpin. Itu artinya Presiden Jokowi yang salama 5 tahun pada priode pertamanya dimana JK sebagai wakilnya dianggap tidak ada. Kok bisa ya ?
Saya tak tahu sanjungan itu apa artinya, karena bagi yang berpikiran waras MRS tidak pernah ada andil apapun bagi Bangsa dan Negara. Catatan yang di dapat terhadap yang bersangkutan adalah catatan hitam. Salah satu prestasi yang di rasakan masyarakat, Sweping ke Mall-mall pada menjelang Natal dan Tahun Baru. Mengkafir-kafirkan Agama lain. Padahal semua orang tahu Indonesia adalah negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan itu ada di Pancasila, bukan Negara Sekuler atau negara Agama.
Bentangan pulau dari Sabang sampai Mauroke ada pelangi kebinekaan. Bukan hanya bahasa yang membedakan akan tetapi juga budaya dan agama yang sangat beragam. Itu artinya agama, budaya serta bahasa sebagai ikatan keluarga besar bangsa terangkum di Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya “ walaupun berbeda beda tetap satu” jadi dengan begitu adalah keliru kalau Indonesia mau diacak acak dan kemudian mau jadi negara sekuler. Dan kalau itu terjadi maka Pak JK tidak akan melihat lagi Bali, NTT, Papua, Manado dan lain lain yang sekarang adalah masuk dalam Negara Kesatuan Indonesia dengan Sang Saka Merah Putihnya, bukan bendera hitam yang penuh makian.
Berkaitan dengan penurunan Baliho yang dilakukan oleh TNI dan Polri terhadap Foto Porn Fugitive menurut media Australia, tukang obat, kata Nikita, apa yang salah. Karena Riziek Shihab bukan siapa siapa bagi kami kecuali perusuh negara yang barangkali hendak membrontak kepada pemerintahan yang sah dan sebentar lagi di bulan Desember ini akan kita dengar nyanyian makian kepada kelompok Nasrani dengan sebutan “ Kafir “ selanjutnya dengan gayanya yang memuakan akan sweping mall-mall karena pelayan toko tidak boleh memakai topi Santa, haram. Padahal sebelum dia ada dan FPI ada, negara Indonesia adalah negara yang aman dan tenteram, tapi berubah setelah dia memimpin organisasi yang bernama FPI. Terus macam itu yang di katakan hebat, endas mu kalau model begitu dikatakan hebat.
Dari data yang saya dapat, Riziek Shihab bukan sedang menjadi peserta kontestan dalam pilkada, karena ternyata dia bukan calon Gubenur dan Wakil Gubernur, juga bukan calon Bupati dan atau Wakil Bupati. Kalau Pileg juga sudah berlalu setahun yang lalu.
Dengan begitu buat apa baliho baliho itu dipasang sedemikian banyaknya karena Riziek Shihab , kan jelas akan mengotori pemandangan kota aja, belum lagi siapa yang bayar pajaknya. Apa gratis, kalau gratis besok saya akan pasang Baliho juga.
Kalau di lihat dari bahan baku Baliho, panjang kali lebarnya baliho , pasti ada bandar.
Selain mutu pembuatan yang demikian kinclong, juga jumlah yang tidak sedikit. Pastinya dana untuk pembuatanan tidak kecil, terus dari mana dana tersebut di peroleh, apa ada peran cukong politik. Kalau dugaan itu benar artinya kepulangan Riziek bukan semata mata karena alasan alasan kemanusian, akan tetapi tujuannya politik jangka panjang.
Dari tulisan ini, saya mendukung langkah Pangdam Jaya dan Kapolda Metro dalam rangka menurunkan baliho baliho itu karena selain mengotori pemandangan kota, juga MRS bukan sedang menjadi peserta Pilkada. “Bravo Pangdam Jaya dan Kapolda Metro, rakyat bersama Mu, negara tidak boleh kalah dengan kelompok intoleran”.