JAKARTA, B-ONEINDONESIA – Pengamat Politik Karyono Wibowo menjelaskan setidaknya ada dua maksud Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah foto sedang membaca buku berjudul How Democracies Die.
Pertama, Mantan Mendikbud itu hanya sekadar pamer buku yang sedang dibaca, atau menunjukkan intelektualitasnya kepada khalayak.
Bisa jadi kata Karyono, langkah ini bagian dari strategi personal branding untuk membangun persepsi publik agar dipandang sebagai pemimpin yang memiliki kapasitas intelektual.
Kedua, postingan tersebut bisa jadi dimaknai sebagai bentuk kritik terhadap demokrasi di Indonesia. Dari buku tersebut, demokrasi bisa mati karena kudeta atau mati secara perlahan akibat pemimpin otoriter.
“Postingan tersebut seolah menunjukkan Anies sedang memainkan drama politik satire yang diarahkan kepada pemerintahan saat ini,” kata Karyono, Selasa (24/11/2020).
Apabila dugaan itu benar, Karyono menyebut Anies artinya sedang memainkan drama politik yang justru akan menjadi bumerang. Satu sisi unggahan itu seolah menunjukkan pembelaan terhadap demokrasi dan mengkritik kebijakan pusat.
“Tetapi di sisi lain, dia sendiri merupakan pemimpin Gubernur yang lahir dari proses demokrasi yang cacat. Dia adalah pemimpin yang lahir dari konflik SARA saat pilkada DKI Jakarta 2017 lalu,” tuturnya.
Menurutnya, penggunaan isu SARA sebagai propaganda dan strategi dalam kontestasi elektoral tidak hanya mencederai demokrasi, juga berpotensi membuat demokrasi mati.
Meskipun demikian, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute itu mengaku yang mengetahui persis tujuan dari unggahan itu hanya Anies dan Tuhan. Publik hanya bisa menduga dan menafsir maksud dari unggahan itu.
Meski telah menjadi pembahasan publik dan dikomentari banyak kalangan, Anies hingga kini belum menanggapi apapun soal unggahan tersebut.
Buku itu tersebut dikarang oleh dua profesor Harvard, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Keduanya menyampaikan pelajaran penuh wawasan dari sebuah sejarah untuk menerangkan kerusakan rezim selama abad ke-20 dan ke-21. Mereka menunjukkan bahaya pemimpin otoriter ketika menghadapi krisis besar.
Berdasarkan riset bertahun-tahun, keduanya menyajikan pemahaman mendalam mengapa dan bagaimana demokrasi mati, suatu analisis pemicu kewaspadaan mengenai bagaimana demokrasi didesak dan pedoman untuk memelihara dan memperbaiki demokrasi yang terancam, bagi pemerintah, partai politik, dan individu.
Sebelumnya, Anies mengunggah sebuah foto sedang membaca buku How Democracies Die di akun media sosialnya. Dia hanya menyapa masyarakat. “Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi,” kata Anies, Minggu (22/11/2020).