Jakarta, b-oneindonesia- Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia(PA GMNI) DKI Jakarta menggelar diskusi terkait ancaman fundamentalisme di jantung ibukota, Sabtu(7/12/2019) di DPP PA GMNI, Cikini Jakarta Pusat. Diskusi sekaligus pelaksanaan konferensi daerah PA GMNI DKI Jakarta.
Ketua PA GMNI DKI Jakarta, Dwi Rio Sambodo katakan, tema diskusi bukan asal-asalan, bukan muncul begitu saja. Tema soal fundamentalisme sengaja diambil karena melihat dan mencermati keadaan ditengah-tengah masyarakat.
“Tema ini bagian dari gerakan-gerakan pemikiran sekelompok orang di tengah-tengah masyarakat,”kata Dwi Rio Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta.
Pembahas tema diskusi para pengurus DPP PA GMNI Dr Andre Notohamijoyo, Ketua PW NU DKI Jakarta Saefullah, aktivis anti radikalisme Haidir Alwi dan Direktur di BNPT Prasetio.
Ketua Umum DPP PA GMNI yang juga Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah dalam kata sambutannya mengatakan, tertarik dengan tema diskusi yaitu antisipasi ancaman fundamentalisme di jantung ibukota. Tapi dia mengkritisi, saat ini ancaman tidak lagi hanya fundamentalisme tetapi sudah menjadi ekstrimisme. Ada golongan-golongan tertentu menggunakan dan memanipulasi nilak-nilai agama untuk merusak tatanan berbangsa dan bernegara.
“Memanipulasi nilai agama menjadi gerakan ekstrimis, dan ini sudah ada indikator seperti yang ditunjukkan berbagak hasil survey,” ujar Basarah.
Basarah menambahkan, ekstrimisme bukan lagi ancaman tetapi sudah manifes dan action. Lalu Basarah mengutip dan menyampaian sejumlah hasil penelitian adanya ASN terpapar radikalisme dan mendukung gerakan khilafah. Lebih ironis lagi, anggota TNI dan perguruan tinggi negeri juga sudah ada yang terpapar dengan gerakan tersebut, berbeda paham dengan paham idiologi negara yaitu Pancasila.”Kita harus melakukan refleksi kritis,” jelas Basarah.