Jakarta, b-Oneindonesia – Tiga sosok Sekjen DPP PDI Perjuangan yang saat ini masih menjabat dan sudah purnatugas menyampaikan pandangan mereka masing-masing terhadap pribadi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, dan Hasto Kristiyanto sepakat bahwa Presiden Kelima RI itu memiliki prinsip yang sangat teguh dan taat dengan konstitusi.
“Di luar kekuasaan atau di dalam kekuasaan, Bu Mega itu selalu mengajarkan taat terhadap konstitusi,” kata Pramono dalam webinar HUT Ke-75 Megawati bertajuk Sikap Hidup Merawat Pertiwi: Panjang Umur Ibu Megawati yang disiarkan melalui akun Youtube PDIP, Minggu (23/1/2022).
Menteri Sekretaris Kabinet itu mencontohkan pernah sekitar 2005 atau 2006, anggota DPR RI Fraksi PDIP menginterupsi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato nota keuangan di Sidang Paripurna 17 Agustus. Mengetahui itu, kata Pram, Ketua Umum Megawati sangat marah.
“Waktu itu saya masih Sekjen. ‘Siapa pun yang melakukan interupsi kepada presiden, saya akan pecat pada saat itu juga’,” kata Pram mengulang pesan Ketua Umum Megawati.
“Kenapa itu dilakukan, karena beliau menjaga marwah konstitusi. Jadi kita boleh berbeda pendapat, kita boleh berseberangan, tetapi kita harus taat, patuh, tunduk pada konstitusi. Itu menjadi hal yang diajarkan Bu Mega,” tambah Pram.
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang tengah berada dalam perjalanan menuju pesawat, menyampaikan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Hasto yang baru saja memimpin penanaman pohon di Bali dalam rangka merayakan milad Ketum Megawati itu, menyatakan putri Proklamator RI Bung Karno tersebut memiliki prinsip yang kuat.
“Ibu Mega menegaskan solid itulah yang menjadi kekuatan partai yang terus menyatu dengan rakyat. Karena itulah Bu Mega kita diajarkan hal-hal terkait prinsip, yang fundamental tentang bangsa, negara, dan tentang partai,” kata Hasto.
Bukan hanya itu, politikus asal Yogyakarta itu juga mengutip kesan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang mengenal Ketum Megawati sebagai sosok yang visioner, detail, dan kokoh pada prinsipnya.
“Sosok yang membangun organisasi, sosok yang memiliki kesabaran revolusioner. Nah, karena itulah, kita kembangkan PDIP sebagai organisasi pembelajar, dengan demikian seluruh saripati dari pengalaman Mas Pram sebagai Sekjen, Mas Tjahjo sebagai Sekjen, kemudian ketika saya ditugaskan, itu semua ada suatu perpaduan yang saling melengkapi dan kemudian kita terapkan dalam organisasi itu,” jelas dia sembari pamit untuk memasuki pesawat.
Terakhir, Tjahjo mengingatkan bahwa perjalanan politik Ketua Umum Megawati bukan melangkah dalam bentangan karpet merah, bahkan sampai sekarang. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu, prinsip hidup Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi tersebut begitu kokoh.
“Ibu selalu menyampaikan kepada saya dan seluruh kader, jadilah banteng sejati di dalam membela keberagamaan dan kebinekaan, jadilah garda terdepan menjadi tameng yang kokoh untuk mempertahankan NKRI. Oleh karena itu, selama NKRI ini ada, PDI Perjuangan sebagai penerus Partai Nasional Indonesia yang didirikan Bung Karno harus tetap ada,” kata dia.
Sebagai mantan Sekjen yang pernah membantu Ketua Umum Megawati, Tjahjo juga sepakat dengan pernyataan Pram yang tidak sering meminta petunjuk menjalankan roda organisasi kepada Presiden Kelima RI itu. Megawati memiliki pemikiran yang jelas sehingga arahnya sudah diketahui.