Jakarta, b-Oneindonesia – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Gerakan Kebangsaan Bangun Solidaritas (GERAK BS), Relawan Empat Pilar MPR RI, Generasi Lintas Budaya, dan kitabisacom menyalurkan bantuan kepada Himpunan Petani dan Peternak Millenial Indonesia (HPPMI). Bantuan sebesar Rp 400 juta yang berasal dari donasi warga melalui program MPR RI Peduli – Lawan Covid-19 ini akan dimanfaatkan para petani millenial untuk mengembangkan berbagai usaha pertanian dan peternakan, sehingga bisa meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil panen pertanian dan peternakan mereka.
“Para millenial yang berani terjun di berbagai usaha pertanian dan peternakan adalah para pahlawan yang akan menjamin kedaulatan pangan Indonesia di masa mendatang. Mereka membawa semangat dan gairah baru dalam meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan nasional. Sehingga bisa melepaskan cengkraman Indonesia dari ketergantungan impor,” ujar Bamsoet saat menyerahkan bantuan kepada HPPMI, di Bogor, Minggu (12/7/20).
Turut hadir Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Ichsan Firdaus dan Robert Kardinal, Sekretaris Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo, Ketua Umum Yayasan Generasi Lintas Budaya Olivia Zalianty serta Ketua Umum Gerak BS Aroem Alzier. Dalam acara tersebut Bamsoet juga melakukan Sosialisasi Empat Pilar kepada para anggota HPPMI.
Bamsoet mendorong produk pertanian hortikultura jamur yang menjadi salah satu andalan HPPMI, bisa terus dikembangkan sehingga menjadi kebanggaan Indonesia untuk menjadi salah satu eksportir besar jamur di dunia. Kementerian Pertanian mencatat di periode 2018-2019, produksi jamur nasional per tahun rata-rata di kisaran 33 ribu ton. Sedangkan kebutuhan domestik mencapai 48 ribu ton.
“Artinya masih ada selisih sekitar 15 ribu ton per tahun yang belum mampu terpenuhi dari produksi dalam negeri. Ini adalah peluang besar dari para pembudidaya jamur. Ditambah dengan hadirnya pandemi Covid-19, menyebabkan kebutuhan masyarakat terhadap makanan sehat seperti jamur pasti akan meningkat. Daripada mengandalkan impor yang hanya menguntungkan importir tanpa membawa efek ekonomi kepada sektor pertanian nasional, lebih baik kebutuhan jamur domestik dipenuhi dari produksi dalam negeri,” tutur Bamsoet.
Lebih lanjut Bamsoet menambahkan, dengan semakin meningkatnya produktifitas jamur nasional, Indonesia juga bisa membidik pasar ekspor. Di tahun 2007, Indonesia pernah masuk lima besar negara eksportir jamur terbesar dengan volume ekspor mencapai 18.000 ton ke Jerman, Rusia, USA, dan Jepang. Di tahun mendatang setelah mampu memenuhi kebutuhan domestik, peluang ekspor masih terbuka lebar.
“Didukung para millenial yang kreatif dan energik, akan semakin membawa dunia pertanian dan peternakan kita melek teknologi informasi. Kekuatan teknologi informasi inilah yang akan membawa pertanian dan peternakan Indonesia melesat tinggi. Manfatkan teknologi informasi seperti media sosial untuk mencari informasi pengembangan sekaligus membuka pasar. Sehingga para petani Indonesia bisa berusaha di desa, rezeki kota, dengan bisnis mendunia,” ujar Bamsoet.