Jakarta-b-oneindonesia–Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan optimalisasi promosi melalui media dan media sosial menjadi kunci sukses penyelenggaraan West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019 yang akan digelar di Sumedang, Jawa Barat.
Saat menyampaikan sambutan dalam acara peluncuran West Java Paragliding World Championship and Culture Festival 2019 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (26/9/2019), Menpar Arief Yahya menyampaikan pentingnya alokasi dana yang tepat dalam penyelanggaraan event.
“Banyak pemimpin daerah yang keliru dalam mengalokasikan dana, mereka menghabiskan lebih banyak dana ke event itu sendiri, padahal dalam event pariwisata yang penting adalah promosi,” ujarnya.
Menpar Arief Yahya juga menjelaskan bahwa untuk event sport tourism seperti perlombaan paralayang tingkat dunia di Sumedang, timbal balik yang didapat bersifat tidak langsung dalam bentuk media value.
“Pendapatan dari sport tourism 60 persen berasal dari TV broadcasting, 30 persen dari iklan di lapangan, hanya 10 persen dari tiket,” ujarnya.
Maka untuk meramaikan event ini, Menpar Arief Yahya menghimbau untuk menggencarkan promosi lewat media dan media sosial mengingat media value sport tourism yang tinggi. Selain meluncurkan perlombaan paralayang tingkat dunia, Menpar Arief Yahya juga berharap Sumedang bisa menjadi kabupaten dengan destinasi tingkat dunia. “Saya harapkan pada awal 2020 Sumedang punya Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) pariwisata,” ujarnya.
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, berupaya menggencarkan promosi destinasi wisata di wilayahnya salah satunya melalui ajang olahraga paralayang atau “West Java Paragliding World Championship 2019” pada 22-28 Oktober 2019 di Sumedang, Jawa Barat.
Hingga saat ini, sudah ada 209 peserta yang mendaftar dari tiga kategori yaitu Accuracy Class, Cross Country Class, dan Fun Fly & Culture Festival. Para atlet berasal dari 20 negara meliputi Asia, Eropa, hingga Amerika.
Pemerintah Kabupaten Sumedang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, FASI Paralayang, Kementerian Pariwisata, komunitas, serta masyarakat lokal untuk lebih mengenalkan budaya dan pariwisata ke kancah dunia.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, sport event seperti ini akan memberikan dampak yang besar karena tidak hanya mempromosikan destinasi lokal saja, namun juga kegiatan olahraga yang bisa dilakukan di kawasan tersebut.
“Karena kita sadari, wisata olahraga itu punya media value yang tinggi, media value dari ajang wisata olahraga besarnya dua kali lipat dari dampak langsungnya,” kata Menpar Arief Yahya.
Lebih lanjut, Menpar Arief Yahya menjelaskan, wisata olahraga adalah cara efektif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara dan menguntungkan secara ekonomi. Ia memaparkan, para atlet tersebut tidak datang sendiri, mereka membawa tim, keluarga, dan pendukung.
Di sisi lain sport tourism juga akan memperpanjang masa tinggal atlet karena umumnya mereka membutuhkan masa adaptasi terhadap alam di Indonesia sehingga mereka memutuskan datang lebih awal sebelum masa kompetisi dimulai.
“Ini membuat ‘length of stay’ mereka menjadi panjang, jelas menguntungkan bagi daerah. Di kawasan ini juga akan dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Jatigede sebagai destinasi pariwisata kelas dunia,” kata Menpar Arief Yahya.
Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan bagi Sumedang dalam menggelar event paralayang bertaraf internasional ini. Pertama, Sumedang adalah daerah yang memiliki tempat yang sangat baik untuk olahraga udara, khususnya paralayang. Tidak hanya untuk kompetisi di level ‘Accuracy’ dan ‘Cross Country’, tetapi juga bagus untuk ‘Fun Fly’ atau terbang gembira, khususnya di atas Bendungan Jatigede.
Kedua, Sumedang memiliki potensi budaya dan pariwisata yang tidak bisa ditemui di tempat lain. Sehingga mendapat julukan ‘Puseur Budaya Sunda’ atau Pusat Kebudayaan Sunda. Ketiga, adanya dukungan kerja sama dengan industri pariwisata, Pemda Provinsi Jawa Barat, FASI Paralayang, Kementerian Pariwisata, Kemenpora, komunitas, dan masyarakat termasuk media sebagai unsur pentahelix pariwisata.
Kejuaraan dunia paralayang West Java Paragliding World Championship 2019 akan melombakan dua kelas, yaitu Paragliding Accuracy World Cup (Pre-PGAWC 2019) dan Paragliding Cross Country World Cup (Pre-PWC 2019). Lalu, diakhiri dengan Paragliding Festival (termasuk Fun Fly dan Festival Budaya).
Untuk kelas Accuracy (dengan lisensi dunia dari Organisasi Kejuaraan Dunia Paralayang Accuracy/ PGAWC), akan berlangsung di Kampung Toga, Sumedang, pada 22-25 Oktober 2019.
Untuk kelas Cross Country (dengan lisensi dunia dari Organisasi Kejuaraan Dunia Paralayang Cross Country/Pre-PWC 2019), akan berlangsung di Batu Dua, Sumedang, pada 22-26 Oktober 2019.
Sedangkan untuk Fun Fly dan Festival Budaya dengan linsensi dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI), akan berlangsung di ODTW Kampung Toga, Sumedang pada 27-28 Oktober 2019. Fun Fly ini akan dilakukan penciptaan Rekor MURI untuk Rekor Dunia Terbang Bersama yang diikuti sekitar 160 pilot. Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni dan budaya, festival kuliner, serta lomba fotografi dan videografi.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir berharap melalui event ini, Kabupaten Sumedang bisa menjaring lebih banyak wisman serta meningkatkan perekonomian daerah. “Harapannya pariwisata Jatigede dapat menjadi pemantik pariwisata melalui kapitalisasi dan pembangunan daerah,” ungkapnya.