Jakarta, b-Oneindonesia – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengungkapkan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. Prabowo menyebut, dalam 24 bulan ke depan, Indonesia akan memiliki 50 kapal perang siap tempur.
Informasi itu diungkapkan Prabowo hari ini dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta. Prabowo mengaku juga sudah melapor ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya telah laporkan ke Presiden, bahwa dalam 24 bulan kita akan punya mungkin sampai dengan 50 kapal perang yang siap tempur,” kata Prabowo dalam rapat Komisi I, Kamis (27/1/2022).
Selain soal kuantitas alutsista, Prabowo bicara soal anggaran pertahanan. Mantan Danjen Kopassus itu menyebut Presiden Jokowi telah menyetujui anggaran yang diajukan Kemenhan. Namun Prabowo yang menyebutkan nominalnya.
“Kemudian, kami juga ingin menyampaikan di sini. Suatu kenyataan bahwa Presiden Republik Indonesia, Pak Joko Widodo, telah menyetujui dan mendukung alokasi anggaran yang terbesar, mungkin dalam 40 tahun. Bahkan mungkin selama sejarah Republik Indonesia kalau dikaji dengan teliti,” terang Prabowo.
Prabowo memang terlihat serius membenahi sistem pertahanan negara. Selama hampir 3 tahun jadi Menhan, Prabowo berhasil menghidupkan kembali industri pertahanan Indonesia.
Terkini, Prabowo mengusulkan penjualan dua eks KRI, yakni KRI Teluk Penyu 513 dan KRI Teluk Mandar 514, yang sudah tidak laik pakai. Usulan Prabowo disetujui Komisi I DPR dan sudah menyiapkan penggantinya.
Prabowo Blak-blakan Alasan 2 Eks KRI Dijual
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengungkap alasan penjualan dua eks KRI, yakni KRI Teluk Penyu 513 dan KRI Teluk Mandar 514. Prabowo mengungkap kondisi kapal yang sudah keropos dan beberapa alat navigasi tidak bisa digunakan. Prabowo mengatakan kedua KRI itu merupakan buatan Korea pada 1980.
“Pada kesempatan ini akan kami sampaikan kronologi terkait permohonan penghapusan dengan mekanisme pemindahtanganan lelang dari KRI Teluk Penyu 513 buatan Korea tahun 1980 dan KRI Teluk Mandar 514 buatan Korea tahun 1980,” ujarnya.
Prabowo mengatakan TNI AL lantas membuat tim penelitian untuk mencermati kondisi kapal tersebut. Tim penelitian itu kemudian menghasilkan beberapa rekomendasi.
Adapun rekomendasi itu adalah kondisi material yang tidak layak digunakan serta banyak pipa yang sudah keropos.
“Secara teknis bahwa kondisi material tidak layak digunakan dan perpipaan banyak yang keropos,” kata Prabowo.
Selain itu, kondisi mesin, listrik, dan peralatan navigasi yang tidak bisa digunakan lagi. Prabowo mengatakan tidak efisien jika diperbaiki.
“Permesinan, kelistrikan, peralatan navigasi komunikasi dan instrumen di anjungan sudah tidak bisa digunakan lagi. Kondisi platform tidak layak digunakan serta tidak efisien untuk diperbaiki atau di-replacement,” ujarnya.