MENSUCIKAN NIAT DAN MELURUSKAN ARAH PERUBAHAN (Tarhib Ramadhan 1444 H)

Oleh : Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja

Jakarta, b-Oneindonesia – Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa bagi kita ummat Islam, karena itu sudah selayaknyalah kita menyambutnya dengan cara-cara yang juga istimewa. Sebagaimana kita tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an sebagai “Huda” (petunjuk) dan sekaligus “Furqon” (pembeda antara yang haq dan yang bathil). Dua hal yang merupakan kunci dari panduan hidup ummat manusia di muka bumi menjadi penunjuk arah dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia. Al Qur’an adalah ayat Qauliyah yang juga berfungsi memberikan penjelasan terhadap alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia atau yang disebut ayat Kauniyyah.

Di dalam menyambut bulan yang istimewa ini kita diajarkan untuk banyak mempersiapkan bekal ilmu yang dapat menjadi pemandu jalan kita menggapai seluruh keistimewaan-keistimewaan ibadah Ramadhan. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa pada suatu masa Raja Iskandar Dzulkarnain hendak menaklukkan sebuah negeri, maka pagi hari sebelum berangkat bersama pasukannya Sang Raja berpesan kepada para prajuritnya bahwa nanti didalam perjalanan malam hari akan melewati sebuah sungai yang besar, maka ambillah apapun yang terinjak oleh kaki kita di sungai tersebut.

Kisah Raja Iskandar Dzulkarnain

Maka ketika pasukan raja Iskandar Dzulkarnain memasuki sungai itu di malam hari muncul tiga kelompok prajurit yang berbeda dalam merespons pesan dari Sang Raja. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang tidak mengikuti instruksi Sang Raja, mereka tidak mengambil apapun yang terinjak oleh kaki mereka karena mereka yakin bahwa yang terinjak hanyalah sebuah batu. Kemudian kelompok yang kedua adalah kelompok yang hanya mengikuti sebagian dari instruksi Sang Raja, mereka hanya mengambil sebagian kecil atau ala kadarnya saja apa yang terinjak oleh kaki-kaki mereka. Sedangkan kelompok yang ketiga adalah mereka yang mengikuti seluruh instruksi Sang Raja dengan mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak oleh kaki-kaki mereka di sungai, sehingga mereka sampai berjalan kewalahan karena tas dan ransel mereka dipenuhi oleh bawaan dari apa yang diambilnya dari sungai tersebut di malam hari.

Sampailah di pagi hari, kemudian Sang Raja Iskandar Dzulkarnain bertanya kepada para prajuritnya apa yang mereka dapatkan semalam di sungai yang gelap itu ? Maka seketika para prajurit membuka seluruh ransel mereka dan mendapati bahwa apa yang diambilnya dari sungai tersebut adalah emas dan berlian. Bagi kelompok yang pertama tentu penyesalan yang didapatkan karena mereka tidak mengikuti anjuran Sang Raja, kelompok kedua juga menyesal karena hanya mengikuti sebagian anjuran Sang Raja, sementara kelompok ketiga adalah kelompok yang paling berbahagia karena mengikuti seluruh anjuran Sang Raja.

Meluruskan Arah Perubahan

Kisah ini tentu sangat relevan bagi kita dalam menyambut Ramadhan tahun ini, dimana saat ini sedang menguji ketulusan niat kita dalam memperjuangkan bangsa kita menuju perubahan dalam rangka menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks perjuangan selalu ada kelompok yang berbeda niat dan orientasinya, ada yang tegak lurus dengan niat yang tulus ikhlas, ada yang setengah-setengah dan ada yang hanya ingin mendapatkan keuntungan sesaat (pragmatis). Kisah diatas menggambarkan bahwa loyalitas dan ketulusan dalam perjuangan akan membawa kesuksesan dan kebahagiaan.

Dalam perspektif kebangsaan momentum Ramadhan dapat dijadikan Ruh pergerakan memupuk kesadaran bersama akan kehadiran Yang Maha Kuasa diatas kekuasaan yang ada, perjuangan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, mensucikan diri kita, membina diri kita, selalu mencerminkan budi pekerti yang luhur, santun dalam bertutur kata dan berperilaku dalam perjuangan mewujudkan perubahan. Inilah cermin dari kepribadian yang mampu mencapai kesuksesan dalam melewati Sungai Ramadhan yang penuh dengan keberkahan sehingga senantiasa menjadi pribadi yang sukses dan mendasarkan setiap tindakan karena ketaqwaan kita kepada Alloh SWT.

Dalam beberapa Riwayat disebutkan bahwa Rasululloh SAW sering melakukan amalan-amalan yang bernilai kebaikan sosial serta memberikan motivasi kepada umatnya dalam menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan. Karena itu sebagai umatnya marilah kita sambut Ramadhan tahun ini dengan ber-itiba’ kepadanya, berpacu dalam meningkatkan segala amal kebaikan. Kita sambut Ramadhan ini dengan hati yang senang dan ikhlas karena puasa adalah panggilan yang hanya ditujukan bagi orang-orang yang beriman.

“Yaa ayyuhalladziina aamanu kutiba alaikumushiyaam kama kutiba ‘alalladziina minqablikum la’allakum tattaquun”.

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan juga atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (Al-Baqarah 183).

Selamat menyambut bulan penuh berkah dengan suka cita….
Marhaban Yaa Ramadhan…..

Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol Universitas Indonesia, Wakil Ketua PDM Kota Depok)

Komentar