Meski Arteria Dahlan Memohon Maaf, PDIP Jabar Minta Arteria Dahlan Dipecat

Jakarta, b-Oneindonesia – Berkaitan dengan kontroversi terkait pernyataannya pada saat Raker Komisi III dengan Kejaksaan Agung, anggota DPR-RI Arteria Dahlan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat.

“Saya dengan sungguh-sungguh menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat Sunda atas pernyataan saya beberapa waktu lalu,” ujar Arteria usai memberikan klarifikasi kepada DPP Partai pada hari ini, pada pukul 11.00-12.00 WIB di kantor DPP PDIP, Menteng.

Klarifikasi dan permintaan maaf Arteria disampaikannya saat diterima oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dan Ketua DPP PDI Perjuangan, Komarudin Watubun.

“Saya menyerahkan sepenuhnya kepada DPP Partai. Sebagai Kader Partai saya siap menerima sanksi yang diberikan Partai. Saya belajar dari persoalan ini, dan terima kasih atas seluruh kritik yang diberikan ke saya, pastinya akan menjadi masukan bagi saya untuk berbuat lebih baik lagi,” kata Arteria dengan nada penyesalan.

Arteria pun di dalam klarifikasi di DPP PDIP itu berjanji akan lebih efektif dalam berkomuikasi.

“Saya sendiri akan lebih fokus didalam memerjuangkan keadilan bagi masyarakat, khususnya di dalam memerangi mafia narkoba, mafia tanah, mafia tambang, mafia pupuk, mafia pelabuhan/bandara/laut, mafia pangan dan BBM, dan berbagai upaya penegakkan hukum lainnya. Saya akan lebih bekerja secara silent tetapi mencapai sasaran penegakan hukum. Sekali lagi terima kasih atas semua kritik dan masukan yang diberikan kepada saya,” ujar Arteria sambil mengakhiri pernyataan permintaan maafnya.

Ketua DPP Badan Kehormatan Partai Komaruddin Watubun mengungkapkan, pernyataan Arteria tersebut tidak sesuai dengan kode etik dan disiplin organisasi.

“Partai kita memberikan peringatan keras kepada Arteria Dahlan,” tuturnya, Kamis (20/1/2022).

“Nah kata-kata yang disampaikan Pak Arteria itu dari segi kedisiplinan dan berorganisasi pas atau tidak, ukuran kan ternyata ada reaksi publik yang begitu keras, itu menunjukkan itu tidak etis untuk disampaikan ke publik,” sambungnya.

Apalagi, lanjut Komaruddin, pernyataan Arteria telah mengarah kepada etnis atau suku tertentu.

Meski menurutnya mungkin bermaksud baik, namun ternyata tidak baik menurut yang menerima kritik tersebut. Dia menyebut teguran tersebut baru keluar hari ini karena harus melalui proses sesuai aturan yang berlaku di partai.

Seperti terkait fakta di lapangan apakah ada pelanggaran terkait disiplin organisasi dan kode etik atau tidak.

Menurut dia, etik merupakan soal kepantasan sehingga jika sudah merasa pantas namun publik merasa sebaliknya maka itu artinya tidak pantas.

Lebih lanjut, Komaruddin menilai penggunaan bahasa daerah saat rapat bukan kesalahan karena ia juga kerap melakukannya dalam forum-forum resmi.

Dia menyatakan untuk memahaminya dengan konteks kebhinekaan sehingga tidak harus sampai ada yang menerima sanksi pemecatan.
Oleh karena itu, Komaruddin menyebut pihak PDIP memutuskan untuk memberikan teguran kepada Arteria Dahlan.

PDIP Jabar Minta Arteria Dahlan Dipecat

DPD PDI Perjuangan Jawa Barat melayangkan surat permohonan kepada DPP PDI Perjuangan untuk memberikan sanksi kepada Arteria Dahlan, Anggota DPR RI yang meminta pencopotan Kajati yang menggunakan bahasa Sunda dalam rapat beberapa waktu lalu.

Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat  Ono Surono, mengatakan surat permohonan memberikan sanksi untuk Arteria Dahlan tersebut telah diberikan kepada DPP PDI Perjuangan, Kamis (20/1) pukul 09.00 WIB.

“Sesuai dengan kode etik PDI Perjuangan ada sanksi ringan, sedang, dan berat, dari mulai teguran sampai dengan pemecatan. Dan kita tunggu ya proses yang dilakukan oleh DPP Partai,” katanya setelah menerima audiensi dengan Gema Pasundan di Kantor DPD PDI Perjuangan Jabar, Kamis (20/1).

Ia mengatakan dalam sebuah kesempatan rapat yang diperluas pun, DPP PDI Perjuangan sudah menyatakan hal yang dilakukan Arteria Dahlan sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang kader PDI Perjuangan. Dari kemarin pun, katanya, banyak kader PDI Perjuangan di Jabar yang menyampaikan hal serupa.

Ia mengatakan ideologi Pancasila bagi PDI Perjuangan bukan hanya dalam tekstual, tapi diwajibkan untuk membumikan Pancasila, satunya salah satunya harus mengagungkan seluruh suku, budaya, agama, dan ras yang ada di Indonesia.

“Karena itu merupakan sebuah perwujudan bagaimana Pancasila itu bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya, dengan Pancasila yang intisarinya gotong royong. Bagaimana yang sesuai dengan filosofi masyarakat. Prabu Siliwangi menyampaikan Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi,” katanya.

Ungkapan Arteria yang sangat bertentangan dengan pemikiran seorang kader PDI Perjuangan ini, katanya, telah memancing keributan, kegaduhan, dan sakit hati serta pikiran dari seluruh rakyat Indonesia.
Karenanya selain diminta dijatuhi sanksi, Arteria dituntut memberikan penyataan permohonan maaf kepada masyarakat Sunda dan klarifikasinya.

“Ya kalau saya menyampaikan, sepakat dengan kemarin yang disampaikan juga oleh salah satu kader PDI Perjuangan, TB Hasanuddin ya, dia bilang (Arteria) telah murtad karena tidak berideologi Pancasila kalau menyampaikan seperti itu,” tuturnya.

Ia yakin masyarakat Sunda berbudi luhur dan cerdas, bisa memisahkan antara ujaran pribadi seorang Arteria dengan PDIP Perjuangan.

Ia mengatakan masyarakat Jabar bisa melihat sikap para kader, anggota dewan, dan kepala daerah dari PDI Perjuangan di Jabar dalam menyikapi keberagaman di Indonesia dan mengimplementasikan Pancasila.

Ada kekhawatiran imbas pernyataan blunder Arteria Dahlan semakin menggerus suara PDIP di Jabar

Data BPS 2010 sebagaimana dikutip, menyebutkan bahwa jumlah suku Sunda tercatat sebanyak 35 juta atau suku terbanyak kedua di Indonesia.

Sementara itu, merujuk pada raihan suara Pemilu 2019, suara PDIP di Jabar sebanyak 3.510.525 suara atau terbanyak kedua.
Di posisi pertama, ada Partai Gerindra sebanyak 4.320.050 suara. Di posisi ketiga, ada PKS dengan suara 3.286.606.

Sedangkan di raihan suara Pilpres 2019 dimana PDIP mengusung Jokowi, juga kalah di Jabar.
Pasangan Jokowi – Maaruf Amin meraih suara 10.750.568. Sementara pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno meraih 16.077.446.

Raihan suara PDIP di Jabar sendiri terbilang cukup besar. Ada kekhawatiran imbas pernyataan blunder Arteria Dahlan semakin menggerus suara PDIP di Jabar.

Pengamat sarankan PDIP PAW Arteria Dahlan
Pengamat politik yang juga Rektor Universitas Widyatama Prof Obsatar Sinaga mengatakan, Arteria Dahlan harus dilakukan pergantian antar waktu (PAW) sebagai anggota DPR RI.
Hal itu dilakukan karena pernyataan Arteria Dahlan di rapat Komisi III DPR RI yang menuai kritik masyarakat Sunda, mengancam raihan suara PDIP di Jabar.

“Jadi DPP PDI  Perjuangan harus berani mengambil langkah tegas dan cepat, misalnya mereshuffle dari anggota Fraksi PDIP, dan melakukan PAW dengan nomor urut berikutnya dari raihan suara di pemilu yang kemarin. Karena meskipun sudah minta maaf, tapi permintaan maafnya di terima, tapi nyoblos atau milih enggak, ini kan yang bahaya, apalagi apa yang dilakukan Arteria terlalu menyakiti masyarakat Sunda,”  Obsatar Sinaga, saat dihubungi via telpon, Jumat (21/1/2022).
Baginya, pernyataan Arteria Dahlan menunjukan arogansi dan penghinaan serta berpotensi memecah persatuan bangsa.

“Dimana seharusnya sebagai wakil rakyat, Ia menunjukkan sikap sebagai negarawan yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat, khususnya menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (21/1/2021).

Prof  Obi pun mengapresiasi sikap politik yang ditunjukkan oleh Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono yang menegaskan dirinya bersama masyarakat Sunda, serta meminta agar DPP PDIP mengambil sikap tegas kepada Arteria Dahlan.

“Akan tetapi apabila DPP PDIP tidak mengambil langkah konkret dengan memberikan sanksi kepada yang bersangkutan (Arteria), maka kemungkinan besar akan sangat memberikan pengaruh pada raihan suara PDIP di Jabar,” ucapnya.

Sehingga, langkah tegas dari DPP PDIP dinantikan masyarakat agar raihan suara PDIP di Jabar tidak mengalami degradasi, baik itu di tingkat Pilkada, Pileg, maupun Pilpres mendatang.

“Kita tidak bisa menutup mata, bahwa banyak pemilih PDIP, katakanlah di tingkat grassroots partai yang Sunda totok. Dimana mereka memiliki prinsip bahwa jangan ganggu suku dan agama saya. Terserah kamu mau apa atau berbuat apa, tapi kalau sudah mengganggu suku dan agama saya, ‘kajeun lapar, di bacok siah ku aing’ kan gitu ya” ujar pria yang akrab disapa Prof. Obi tersebut.

Komentar