Pimpinan DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Bantah kabar Menhan Prabowo Subianto Telah Mengonsumsi Obat Jenis Ivermectin

Jakarta, b-Oneindonesia“Tidak benar bahwa Pak Prabowo telah mengonsumsi Ivermectin. Saya sudah tanyakan langsung ke Beliau dan Beliau membantah telah mengonsumsi obat itu,” kata Dasco kepada wartawan, Senin (28/6/2021).

“Pak Prabowo sama sekali belum pernah mengonsumsi obat itu,” lanjut Dasco.

Pernyataan Dasco itu menyusul adanya pernyataan Vice President PT Harsen Laboratories (perusahaan produsen Ivermectin), Sofia Koswara, yang menyebut bahwa Prabowo telah mengonsumsi Ivermectin selama empat bulan sebagai upaya menangkal virus Covid 19. Namun, pernyataan tersebut ditegaskan Dasco tidak benar.

“Itu pernyataan tidak benar dan berita menyesatkan. Saya minta pernyataan itu dicabut karena tidak sesuai fakta. Jangan sampai masyarakat mendapat informasi yang tidak benar,” ujar Ketua Harian DPP Gerindra.

Layakkah Ivermectin Buat Terapi Covid-19 ?

Penjelasan Dokter Paru mengenai Penggunaan Ivermectin sebagai salah satu obat untuk kepentingan terapi penyembuhan Covid-19 masih menjadi pro kontra di masyarakat.
Lalu bagaimanakah sebenarnya Ivermectin di mata dokter paru?

Menurut ahli paru dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Budhi Antariksa, pro kontra terhadap Ivermectin di masyarakat merupakan suatu yang lumrah terjadi.

Sebab sampai saat ini belum ada satu obat pun yang direkomendasikan oleh WHO sebagai obat Covid-19.

“Semua negara saat ini terus berjuang untuk melawan Covid-19. Mereka terus mencari obat untuk memulihkan pasien yang terkena dampak Covid-19. sampai saat ini WHO juga belum menetapkan obat untuk Covid-19. Termasuk, Remdesivir dan Hidroksiklorokuin. Karena ini penyakit yang baru sehingga semua negara masih terus melakukan penelitian obat Covid19,”ungkap Budhi.

Menurut dokter dari Departemen Paru RS Persahabatan ini mengatakan, Ivermectin sejatinya obat yang terbuat dari tanaman jamur dan telah dikembangkan lebih dari 30 tahun untuk obat anti parasit.

Termasuk untuk obat cacing pada manusia atau hewan ternak atau peliharaan. Dari beberapa penelitian dan ujicoba seperti dari Jepang dan beberapa negara, Ivermectin bisa berperan dalam pengobatan virus.

“Jadi semua itu ada bukti ilmiahnya yang dituangkan dalam jurnal kesehatan. Ivermectin bisa menghambat replikasi virus. Virus itu kan seperti parasit yang tak bisa hidup di luar inangnya. Dengan meminum Ivermectin replikasi bisa dihambat di dalam sel tubuh manusia. Karena replikasi bisa dihambat, jumlah virusnya akan berkurang dan akan habis. Termasuk virus Covid-19,”ungkap Budhi.

Dari data dan penelitian yang dilakukan di luar negeri, efektifitas Ivermectin untuk menghambat duplikasi virus atau parasit di tubuh manusia sangat besar.

Jurnal kesehatan menyebutkan Ivermectin diberikan ke pasien yang meminum selama 1 hingga 5 hari dengan dosisi terukur berdasarkan berat badan (200 mikrogram per 1kg berat badan), maka di hari ke 8 dan 10 dilakukan PCR test, maka minimal 80% pasien yang tadinya positif menjadi negatif.

“Memang di luar negeri sudah dilakukan penelitian. Penggunaan Ivermectin untuk terapi Covid-19 di Indonesia masih baru. Kementerian Kesehataan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terus melakukan uji coba berbagai obat untuk terapi Covid-19. Termasuk Ivermectin,”ungkap Budhi.

Saat ini Indonesia mengalami serangan Covid-19 varian Delta yang memiliki karakteristik virus memiliki karakteristik duplikasi yang sangat cepat. Dokter di India menurut jurnal yang dibaca Budhi menyebutkan, Ivermectin mampu untuk menurunkan jumlah pasien positiv Covid-19.

Rentang keamanan Ivermectin itu sangat besar. Jika tidak aman, menurut Budhi Ivermectin tak akan mungkin dipakai lebih dari 30 tahun. Memang efek samping dari Ivermectin ada namun budi melihat sangat minor. Seperti nyeri ulu hati.

“Dari jurnal tersebut kelompok pasien yang diberikan obat dengan tambahan Ivermectin dibandingkan dengan kelompok pasien yang diberikan obat yang sama dan plasebo, angka kesembuhan pasien yang diberikan tambahan Ivermectin jauh lebih besar.

Pasien yang mendapatkan tambahan Ivermectin efektifitas sembuhnya 60 persen sampai 70 persen. Sehingga Ivermectin mampu menekan pasien Covid-19 di India. Memang ada pro dan kontranya.

“Dengan varian yang sama dengan India, kita harus mengambil pelajaran berharga di India. Namun jika manfaat Ivermectin lebih banyak daripada mudaratnya, kenapa tidak kita coba. Kondisi saat ini bukan yang normal,”kata Budhi.

Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh berbagai negara, Ivermectin juga berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatur proses kelebihan sitokin. Budhi menjelaskan dalam tubuh pasien yang terpapar Covid-19 akan terjadi badai sitokin (cytokine storm).

Keluarnya sitokin dalam tubuh manusia adalah suatu yang wajar ketika ada virus yang masuk ke tubuh. Sebab sitokin dipergunakan untuk melwan virus atau parasit yang masuk.

“Ketika terpapar Covid-19, tubuh manusia akan mengeluarkan sitokin yang banyak untuk pertahanan. Ini seperti perang besar yang dilakukan tubuh terhadap virus atau parasit. Namun sitokin yang berlebih juga akan membuat tubuh menjadi tidak seimbang dan bisa menyebabkan kerusakkan. Ivermectin bisa mengurangi sitokin yang berlebih,”ungkap Budhi.

Manfaat lain dari Ivermectin adalah mengurangi peradangan atau anti inflamasi. Ketika virus atau parasit masuk ke tubuh manusia, akan terjadi peradangan. Peradangan yang berlebihan akan membuat daya tahan tubuh semakin buruk. Sehingga Ivermectin sudah terbukti selama 30 tahun sebagai anti inflamasi.

Penggunaan Invermectin Tidak ada Ijin dari IDI

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, pihaknya tidak rekomendasikan penggunaan Ivermectin untuk pengobatan pasien virus corona (Covid-19).

Pasalnya, meski Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium, namun obat yang harus dikonsumsi berdasarkan resep dokter tersebut belum menjadi evidence-based medicine (EBM).

“IDI tidak merekomendasikan penggunaan Ivermectin pada pasien Covid-19 untuk sekarang ini, sama sekali tidak merekomendasikan,” kata Zubairi, Selasa (29/6/2021).

Ia menjelaskan, IDI tidak merekomendasikan Ivermectin karena hingga saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru memberikan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) Ivermectin sebagai obat Covid-19 di delapan Rumah Sakit.

Sebelum hasil uji klinik keluar dan dievaluasi oleh BPOM secara saintifik, katanya, pihaknya tak akan merekomendasikan para dokter untuk menggunakan Ivermectin sebagai obat pada pasien terinfeksi Covid-19.

“Jadi, kalau sudah dapat izin BPOM untuk dipakai, kemudian IDI akan mempelajari berdasarkan izin di negara lain, kemudian baru merekomendasikan ke dokter-dokter,” jelasnya.

Zubairi mengingatkam bahwa sejauh ini Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan Eropa juga belum rekomendasikan Ivermectin untuk pengobatan pada pasien covid-19,, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa Ivermectin masih dalam tahap penelitian.

“Ivermectin kalau untuk keperluan lain namanya off label, artinya labelnya sebetulnya hanya obat cacing tapi dipakai yang lain. Jadi, intinya Ivermectin kalau sudah ada di apotik Indonesia tidak boleh dipakai untuk mengobati Covid-19,” tegas Zubairi.

Seperti diketahui, sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa Ivermectin dapat digunakan untuk pasien Covid-19, tetapi harus dengan resep dokter karena merupakan obat keras, namun pernyataan ini dibantah BPOM karena menurut lembaga itu, izin yang diterbitkan untuk obat tersebut adalah untuk obat cacingan. Sementara untuk pasien Covid-19 masih dalam penelitian.

Namun dalam sebuah acara yang ditayangkan secara daring, Senin (28/6/2021), Sofia Koswara, Vice President PT Harsen Laboratories yang merupakan produsen Ivermectin, menjelaskan kalau sudah empat bulan ini Menhan Prabowo Subianto mengonsumsi obat yang diproduksi perusahaannya atas rekomendasi Staf Khusus dan dokter pribadi Prabowo, Benny Octavianus.

Chairwoman FLCCC (Front Line Covid-19 Critical Care) Indonesia, Sofia Koswara, meminta maaf

Chairwoman FLCCC (Front Line Covid-19 Critical Care) Indonesia, Sofia Koswara, meminta maaf atas kekeliruannya sebut Menhan Prabowo Subianto telah konsumsi Ivermectin sejak 4 bulan lalu. Dia menyampaikan koreksi agar tidak ada kesalahpahaman di masyarakat.

“Sekali lagi kami mengucapkan mohon maaf dan terima kasih untuk perhatiannya,” demikian pernyataan Sofia Koswara yang juga Vice President PT Harsen Laboratories, Selasa (29/6/2021).

Sofia menjelaskan yang dia maksud adalah adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo. Sofia berharap penjelasan dan ralat pernyataannya dapat dipahami.

“Terdapat kesalahan penyebutan nama oleh Ibu Sofia Koswara selaku Chairwoman FLCCC Indonesia, yang menyatakan telah memberikan obat Ivermectin sejak 4 bulan yang lalu kepada Menteri Pertahanan Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto. Seharusnya yang diberi obat Ivermectin tersebut adalah adiknya, yaitu Bapak Hashim Djojohadikusumo,” ujar Sofia.

 

Komentar