Direktur Ekonomi Baintelkam Polri Brigjen (Pol) Ratno Kuncoro Kagumi Ahli Perang Tiongkok Kuno, Sun Tzu Hingga Kengerian Perang Bosnia

Brigjen Pol. Ratno Kuncoro S.I.K. M.SI. Dir Ekonomi Baintelkam Polri bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Jakarta, B-Oneindonesia – Karir cemerlang yang diraih jenderal bintang satu di jajaran Polri ini cukup panjang. Termasuk malang melintang bertugas ke luar negeri juga harus dekat dengan masyarakat.

“Jiwa yang humanis itu penting jika seorang polisi sudah berada di tengah masyarakat,” kata Brigjen (Pol) Ratno Kuncoro,  SIK, MSi, di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2024.

Kedekatan dengan masyarakat juga yang membuat Direktur Ekonomi Baintelkam Polri ini cepat akrab dengan siapa saja, termasuk dengan kalangan jurnalis yang kerap meliput peristiwa ‘keras’ di Jakarta.

Sebelum memimpin Direktorat  Ekonomi Baintelkam Polri sejak 2023, Ratno sempat mengemban tugas di 20 negara selain di sejumlah wilayah dalam negeri.

Adapun selama di luar negeri, Ratno dipercaya sebagai pembicara di bidang intelijen, atau mengemban tugas pengamanan langsung. Tugas terakhir ini diembannya atas nama Satgas Formed Police Unit (FPU) Indonesia.

Negara-negara yang pernah dilawati itu, antara lain, Bosnia, Kroasia, Amerika Serikat, Jerman, Italia,  Monaco, Australia, Jordania, Nepal, Belanda, Prancis, Arab Saudi, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Cina dan  sejumlah negara Asia lainnya.

“Sebagai manusia biasa, pasti ada rasa khawatir jika bertugas di negara-negara konflik, seperti di Bosnia, awal dekade 1990-an. Waktu itu, terjadi perang antara etnis Serbia dan Bosnia. Kita harus melindungi warga sipil dan juga melakukan penegakkan hukum bersama teman-teman polisi PBB (Persatuan Bangsa-bangsa) lainnya dari berbagai negara,” kata Ratno.

FPU  sendiri adalah Satgas Polri yang secara administratif pembinaan berada di bawah Biro Misi Internasional (Romisinter) Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri. Namun secara operasional, FPU Indonesia berkedudukan di bawah misi PBB.

“Paling menantang adalah selama  Perang Bosnia. Hampir tiap hari, misalnya,  ada tembakan atau melihat langsung warga yang tewas. Tapi Alhamdullilah, aman-aman saja, apalagi saya selalu berusaha berhubungan baik  dengan orang-orang setempat,”  lanjutnya.

Dinegara-negara konflik, tugas dan wewenang Satgas FPU Indonesia sesuai mandat pada misi PBB dan tiga tugas utama (three core duties) FPU.  Adalah melindungi personel dan fasilitas PBB, manajemen ketertiban umum, serta mendukung kegiatan operasi kepolisian di daerah misi.

Para personel FPU memiliki kemampuan melakukan Penanggulangan Huru Hara, Search and Rescue (SAR), Penjinakan Bom, Investigasi, Intelijen, Kontra Teroris, Perlindungan VVIP, Penembak Jitu, Komunikasi Elektronik, Mekanik, Memasak, dan Kedokteran.
Selama bertugas, gaji  Ratno dibayar dalam mata uang Dolar Amerika Serikat. Khusus  di negara yang konfliknya  masuk kategori merah alias sangat tidak aman, gaji pun bisa dinaikkan.

“Bisa ngirim lebih kepada orang tua di Indonesia. Sangat lumayan, dan tentunya bangga. Setidaknya, ada juga hasil selama mengemban tugas negara di luar negeri,” kenang Ratno.

Karier Ratno mulai menanjak sejak bertugas sebagai Wakasat Intelkam Poltabes Palembang, kemudian sebagai  Kasat Intelkam Poltabes Palembang pada 15 Oktober 2004.

Masih seputar bidang intelijen dan keamanan, 13 Februari 2006,  Ratno yang sudah berpangkat Komisaris Polisi (Kompol),  dipromosikan  menjadi PS Kasat I (Sospol) Direktorat Intelkam Polda Sumsel.

“Sebab keputusan yang salah, akan menggiring kegagalan. Sedangkan keputusan yang tepat, menjamin kesuksesan. Nah, keputusan yang tepat itu lahir dari analisa yang akurat,” jelasnya.

Ditambahan, seorang intelijen yang andal adalah yang bekerja dengan kaidah, standar, prosedur, teknik dan metode yang bisa menembus kebuntuan suatu permasalahan.

“Intelijen juga harus memiliki kemampuan untuk dapat mengungkap misteri masa lalu, bisa diandalkan untuk menyingkap tabir masa kini. Serta memiliki kiat untuk menembus kabut masa depan,” papar Ratno.

Ratno kemudian mengutip ahli perang Tiongkok Kuno, Sun Tzu. “Intel sebagai senjata andalan perang.  Sun Tzu sebenarnya berpendapat bahwa peperangan sebaiknya dihindari.  Sebab, perang sebagai jalan terakhir yang terpaksa ditempuh jika cara lain sudah tidak bisa lagi dilakukan,” ujarnya.

“Karenanya, Sun Tzu menganjurkan untuk dapat menguasai musuh tanpa berperang, merupakan prestasi yang lebih baik ketimbang memenangkan 100 kali peperangan,” tegas Ratno.

Ratno  tercatat sebagai salah satu intelijen andal yang dimiliki Polri.  Pada 2007, Ratno menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia mengikuti kuliah di Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat.

Bahkan tahun lalu, Polri mengirim Ratno bersama lima rekannya sebagai delegasi dalam kegiatan FBI Asia Pacific Conference, di Kuala Lumpur, Malaysia, 26-30 Juni 2023.

Komentar