Pergerseran Pendukung Jokowi dari Ganjar ke Prabowo?

Oleh :

LSI DENNY JA  19 JUNI 2023

Jakarta, b-Oneindonesia – Tujuh puluh delapan tahun setelah merdeka, Indonesia memiliki tujuh presiden, dari Jokowi hingga Bung Karno. Siapa yang menduga? Presiden yang paling disukai bukan Bung Karno, tapi Jokowi yang bersaing dengan Pak Harto? Mengapa terjadi seperti itu?

Jokowi menjadi presiden dari partainya, PDIP. Ketika PDIP kini mencalonkan Ganjar Pranowo, siapa menduga? Perlahan- lahan pendukung Jokowi bergeser dari ke Ganjar menuju ke Prabowo? Apa yang terjadi?

Tema ini, disamping isu lain, yang kini digali dalam laporan survei nasional LSI Denny JA kali ini.

Riset terbaru LSI Denny JA dilaksanakan pada bulan Juni 2023. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1200 responden di seluruh Indonesia.

Dengan 1200 responden, margin of error survei ini sebesar 2.9%. Survei dilakukan pada tanggal 30 Mei- 12 Juni 2023. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.

Bagian 1: Siapa presiden paling disukai dari Bung Karno hingga Jokowi? 

Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai presiden paling disukai. Jokowi menjadi presiden paling disukai oleh 35.1% publik Indonesia. Bersaing ketat dengan Jokowi, yaitu Soeharto dengan 31.9%.

Selanjutnya untuk presiden yang paling disukai, adalah Soekarno dengan 10%. Susilo Bambang Yudhyoyono (SBY) berada di urutan selanjutnya dengan 9.1%.

Abdurahman Wahid atau biasa dengan panggilan Gus Dur menjadi presiden paling disukai oleh 4.6%. Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi presiden paling disukai oleh 3.6%, dan Megawati Soekarnoputri oleh 0.3%.

Dibedah dari segmen ekonomi, Jokowi menjadi presiden paling disukai di masyarakat dengan pendapatan empat juta ke bawah. Untuk masyarakat dengan pendapatan empat juta ke atas, Soeharto menjadi presiden paling disukai.

Untuk segmen pendidikan, Jokowi paling disukai untuk masyarakat yang pendidikannya tamat SMA ke atas. Soeharto paling disukai di masyarakat dengan pendidikan tamat SMP kebawah.

Dari sisi penganut agama, Jokowi menjadi presiden paling disukai di pemeluk agama Islam maupun pemeluk agama non-Islam.

Secara gender, Jokowi paling disukai baik di laki-laki maupun di perempuan.

Presiden yang disukai di segmen pilihan partai memperlihatkan kecendrungan yang menarik. Jokowi paling disukai di pemilih PDIP. Soeharto paling disukai di pemilih Golkar, Gerindra, Nasdem, PKS, PAN, PPP. SBY paling disukai di pemilih partai Demokrat.

Dari segmen usia, Jokowi menjadi pilihan presiden paling disukai oleh masyarakat yang berusia 50 tahun ke bawah. Masyarakat yang berusia 50 tahun keatas, presiden paling disukainya adalah Soeharto.

Memori pemilih usia 50 tahun ke atas, yang lahir sebelum tahun 1973, masih dipesona oleh sisi kuat mantan Presiden Soeharto.

Dilihat dari teritori, Jokowi paling disukai oleh publik yang berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali – NTB – NTT, dan Maluku – Papua. Soeharto paling disukai di masyarakat yang berada di Sulawesi.

Di semua segmen masyarakat, praktis Jokowi dan Soeharto yang saling mengalahkan.

Dari sisi capres 2024, Prabowo unggul di pemilih yang menyukai Jokowi, Soeharto dan Gus Dur.

Ganjar unggul di pemilih yang menyukai Soekarno dan Megawati.

Anies unggul di pemilih yang menyukai SBY dan Habibie.

Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai presiden yang paling disukai karena beberapa hal.

Pertama, Jokowi presiden yang tengah menjabat, kedekatannya dengan rakyat terasa otentik dan masih segar dalam memori publik.

Kedua, diluar sisi negatifnya, peran Soeharto membangun ekonomi Indonesia, berdialog dengan rakyat kecil masih kuat dalam ingatan publik luas. Tak heran, Suharto lebih disukai dibandingkan semua presiden era reformasi: Habibie, Gus Dur, Mega dan SBY, kecuali Jokowi.

Ketiga, Bung Karno presiden sangat berjasa. Tapi generasi yang hidup di era Bung Karno berkuasa semakin sedikit, sehingga Bung Karno kalah populer di kalangan mayoritas populasi yang memang tak mengalami leadership Bung Karno secara langsung.

Keempat, presiden lain, di luar Jokowi, Soeharto dan Bung Karno, tetap di kenal tapi kalah kuat citranya sebagai presiden yang dekat dengan rakyat.

Bagian 2 : Kepuasan atas Kinerja Jokowi

Mayoritas masyarakat Indonesia puas terhadap kinerja Jokowi. Publik yang menyatakan sangat puas/cukup puas dengan kinerja Jokowi sebesar 76.2%. Adapun masyarakat yang menyatakan kurang puas/tidak puas sama sekali sebesar 22.4%.

Kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi terutama dalam bidang sosial budaya (86.6%), keamanan (78.9%), international (73.1%), penegakan hukum (64.5%), penyediaan sembako (61.7%), ekonomi (60.1%), kesejahteraan guru dan PNS (58.3%), dan politik (56.4%).

Delapan bidang tersebut, kepuasan masyarakat di atas 50%. Delapan bidang ini menjadi rapor biru Jokowi.

Ada pula bidang yang kepuasan masyarakat dibawah 50%. Yaitu membuka lapangan pekerjaan (42.4%), mengurangi kemiskinan (46.8%), dan kesejahteraan petani, buruh dan nelayan (49.1%). Ketiga bidang ini menjadi rapor merah Jokowi.

Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap kinerja Jokowi jika di crosstab dengan pilihan 3 capres (Prabowo, Ganjar, Anies), memperlihatkan temuan berikut. Prabowo unggul di pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi. Prabowo unggul tipis di atas Ganjar.

Anies unggul di pemilih yang tidak puas dengan Jokowi.

Publik yang puas dengan kinerja Jokowi paling banyak memilih Prabowo (39.5%). Yang memilih Ganjar (38.7%), dan memilih Anies (14.1%).

Publik yang tidak puas dengan kinerja Jokowi paling banyak memilih Anies (44.1%), yang memilih Prabowo (20.5%), dan memilih Ganjar (16.2%).

Kepuasan terhadap Jokowi jika di crosstab dengan capres head to head Ganjar versus Anies hasilnya seperti ini.

Publik yang puas terhadap Jokowi lebih banyak memilih Ganjar (57.3%). Yang memilih Anies sebesar 25.3%.

Sebaliknya, untuk publik yang tidak puas dengan kinerja Jokowi, lebih banyak memilih Anies (59.8%). Yang memilih Ganjar sebesar 19.6%

Capres head to head Prabowo versus Anies, yang puas terhadap kinerja Jokowi, lebih banyak memilih Prabowo (55.7%). Yang memilih Anies sebesar 24%.

Untuk publik yang tidak puas dengan Jokowi, menang Anies dengan 50.8%. Yang memilih Prabowo sebesar 36.3%.

Bagaimana head to head Prabowo vs Ganjar di segmen kepuasan terhadap Jokowi?

Yang puas maupun yang tidak puas terhadap Jokowi, Prabowo unggul atas Ganjar. Publik yang puas dengan kinerja Jokowi memilih Prabowo sebesar 43.3%. Memilih Ganjar sebesar 42.3%. Publik yang tidak puas dengan kinerja Jokowi memilih Prabowo sebesar 43.8%. Memilih Ganjar sebesar 40.2%

Jika dilihat dari survei Januari 2023, Maret 2023, survei Juni 2023 pertama kalinya yang puas terhadap kinerja Jokowi lebih banyak memilih Prabowo dibanding Ganjar.

Pada survei Januari 2023 Ganjar unggul atas Prabowo dengan 53.2% vs 29.7%. Pada Survei Maret 2023, Ganjar unggul atas Prabowo dengan 47.8% vs 35.8%. Pada Survei Juni 2023, Prabowo unggul atas Ganjar dengan 43.3% vs 42.3%.

Menarik dielaborasi. Mengapa kepuasan atas kinerja Jokowi bergeser dari Ganjar ke Prabowo?

Pertama, publik menilai untuk kasus piala dunia sepak bola U20, Ganjar lebih patuh pada Megawati ketimbang Jokowi. Saat itu Jokowi tak mempermasalahkan kehadiran Tim Israel

Kedua, Ganjar juga dibranding petugas partai, yang membuat Ganjar dianggap lebih dikendalikan oleh Megawati, bukan oleh Jokowi

Ketiga, kedekatan emosional dan kecocokan Prabowo dengan Jokowi dan keluarga Jokowi terbaca oleh publik luas.

Keempat, Prabowo bisa langsung deal dengan Jokowi soal apapun, sementara Ganjar perlu ada perantara partai karena posisinya sebagai petugas partai

Bagian 3 : Capres/presiden sebagai petugas partai 

Mayoritas masyarakat tidak setuju presiden sebagai petugas partai. Sebesar 69.9% publik menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali jika presiden adalah petugas partai. Yang menyatakan setuju sebesar 17.5%.

Mayoritas semua pemilih partai tidak setuju dengan presiden petugas partai. Bahkan pemilih PDIP mayoritas tidak setuju dengan presiden petugas partai (78%).

Pemilih Gerindra (71.6%). Pemilih Golkar (75.4%). Pemilih PKB (64.7%). Pemilih Nasdem (68.1%). Pemilih Demokrat (76.5%). Pemilih PKS (81.3%). Pemilih PAN (76.7%). Pemilih PPP (60%).

Dari sisi pemilih tiga capres (Prabowo, Ganjar, Anies), Ganjar unggul di pemilih yang setuju dengan presiden petugas partai (49.1%). Prabowo unggul di pemilih yang tidak setuju presiden petugas partai (40.3%).

Head to head Ganjar versus Anies. Ganjar unggul telak atas Anies di pemilih yang setuju dengan presiden petugas partai (68.7% vs 15.0%). Di pemilih yang tidak setuju presiden petugas partai, Anies yang unggul dibandingkan dengan Ganjar (41.1% vs 40.4%)

Head to head Prabowo versus Anies. Prabowo unggul di pemilih yang setuju maupun tidak setuju presiden petugas partai.

Di pemilih yang setuju presiden petugas partai, Prabowo unggul atas Anies dengan 50.0% vs 30.7%. Di pemilih yang tidak setuju Prabowo unggul atas Anies dengan 53.1% vs 32.2%

Bagaimana dengan head to head Prabowo versus Ganjar . Prabowo unggul atas Ganjar di pemilih yang tidak setuju presiden petugas partai (46.0% vs 38.1%). Di Pemilih yang setuju dengan presiden petugas partai,! Ganjar unggul atas Prabowo (53.6% vs 35.7% .

Bagian 4 : Capres hampir pasti, cawapres justru belum pasti.

PDIP sudah memiliki dukungan cukup untuk mencalonkan pasangan capres dn cawapres.

Dalam tradisinya, PDIP cenderuny memilih cawapres tokoh NU yang merepresentasikan Islam. Tapi Cawapres Ganjar Prabowo sepenuhnya tergantung Megawati.

Nama-nama yang beredar diantaranya adalah Mahfud MD yang sekarang menjadi Menkopolhukam. Khofifah Indar Parawansa yang merupakan Gubernur Jawa timur dan tokoh muslimat NU. Said Aqil Siradj tokoh muslim yang pernah menjadi ketua PBNU.

Tentu diluar nama diatas masih ada nama yang bisa dipertimbangkan untuk mengisi posisi cawapres Ganjar, seperti Sandiaga Uno melalui partai PPP.

Bagaimana dengan Koalisi perubahan Anies Baswedan? Cawapres koalisi perubahan dipilih untuk menjaga agar Nasdem, PKS, dan Demokrat tak pecah.

Nama yang beredar yang bisa menjadi pilihan adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Khofifah Indar Parawansa mantan menteri Jokowi yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Timur. Atau tokoh lainnya yang bisa diterima oleh semua partai koalisi perubahan.

Koalisi Prabowo memiliki persoalan sendiri. Cawapres Prabowo tetap perlu cawapres dari partai yang membawa tiket.

Ada Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Bisa pula Erick Thohir yang membawa dukungan PAN. Bisa pula Muhaimin Iskandar yang membawa tiket PKB dan palling awal bersama Prabowo. Atau mungkin ada nama lain yang bisa menjadi cawapres yang membawa tiket dari partai.

Sebagai partai kedua terbesar Partai Golkar tentu akan memaksimalkan pilihan-pilihan yang tersedia.

Pilihan pertama Golkar di 2024: Airlangga Hartarto sebagai cawapres Prabowo. Dalam hal ini, Airlangga akan bersaing keras dengan Erick Thohir dan lainnya, yang juga perlu disepakati oleh Muhaimin Iskandar.

Pilihan kedua Golkar menjadi capres poros keempat, Golkar dan PAN. Dalam poros keempat ini, Airlangga Hartarto sebagai capres, dan Zulkifli Hasan sebagai cawapres.

Jika PAN gagal promosikan Erick Thohir sebagai wapres Ganjar atau Prabowo, dan AH gagal jadi cawapres siapapun. poros keempat masih mungkin terjadi.

Tapi bukankah poros keempat ini akan dikalahkan? Itu sudah diperhitungkan dengah harapan pilpres berlangsung dua putaran.

Walau kalah di putaran pertama, poros keempat akan ikut yang potensial menang di putaran kedua. Mereka tetap bisa ikut perahu pasangan capres lain di putaran kedua.

Pilihan Gokar ketiga adalah Airlangga Hartarto tak menjadi capres atau cawapres. Tapi Airlangga akan memperoleh posisi penting dalam kabinet capres terpilih seperti posisi Luhut Panjaitan di era Jokowi.

Kelebihan AH membawa partai Golkar, pengalaman di pemerintahan, sumber dana, kekuatan yang jarang dimiliki cawapres lain.

Menjelang 8 bulan pilpres, dinamika pertarungan capres semakin seru.

Total pemilih pengagum Jokowi dan Suharto sebanyak 35.1 persen + 31.9 persen, total 67 persen. Semakin banyak memenangkan pemilih pengagum dua presiden itu, semakin capres bersangkutan berjaya.

Komentar